Thursday, September 30, 2010

Day #15 : [REAL] man manual.

seorang laki-laki telah menjadi laki-laki, jika sudah berani mengakui, bahwa ia juga menyukai hal-hal yang disukai perempuan. Membaca majalah perempuan, mengikuti saran artikel self help, bergosip, dan nonton maraton serial sex and the city di TV kabel.

Yang tidak boleh dilakukan laki-laki hanyalah berselingkuh. Tentunya disamping memakai topi vedora berpayet, crop jacket glitter, dan suit warna pastel.

Day #14 : pernah, masih.

Mantan teman sejawat.
Mantan teman sepermainan.
Mantan teman sekolah.
Mantan teman tapi mesra.
Mantan temannya teman.
***

Entah masih bisa dibilang teman atau tidak, kalau sudah disebut mantan. Yang jelas semua masih bercanda, meledek, dan saling memandangi. Berusaha menemukan sosok-sosok yang dulunya begitu akrab, dibalik rambut yang memanjang, kumis yang tumbuh sembarangan, atau tubuh yang semakin tambun. Mencoba mengejar ketertinggalan dalam waktu yang sempit, dan duduk bersama seperti dulu lagi. Lalu satu persatu semuanya beranjak. Pulang untuk kembali pada kehidupannya sendiri-sendiri.
***

Di tengah jalan pulang saya tersadar. Kami pernah, dan masih begitu hangat.

Wednesday, September 29, 2010

Day #13 : random.

today wish list :

a cup of banana ice cream
a splash of barbeque night with friends
a hint of smile from some strangers
a kiss that last forever

***

ingredients of an anti-boring day.

Tuesday, September 28, 2010

Day #12 : Hello, I'm Ginna, and I'm a -----holic.

Saya menuju rak penyimpanan setengah berlari. Harap-harap cemas, saya lihat botol-botol berisi cairan itu masih setengah penuh. Ada yang berwarna, hijau, biru, merah tua, dan yang lainnya yang sulit saya deteksi warnanya. Teman saya dulu pernah bilang, "never trust the red, blue, and green, one." Katanya mereka memabukkan, bikin ketagihan.

Nyatanya saya memang begitu. Ketagihan. Warnanya yang menarik, sensasinya yang berbeda, dan aromanya yang menyengat. Saya tidak bisa hidup tanpa mereka. Bahkan cenderung kehilangan kepercayaan diri kalau sensasi mereka sudah tidak ada lagi di tubuh saya.

Saya memilih salah satu. Yang merah tua. Berisi paling sedikit diantara yang lain, karena sensasinya selalu menempel sempurna di tubuh saya. Saya buka tutup botolnya, dan saya hirup bau khas nya yang menyengat dalam-dalam.

Saya tersenyum. Begini toh rasanya ketagihan, menghirup baunya saja sudah menjadi sesuatu yang memuaskan. Jari-jari saya bergetar seakan tidak sabar. Sudah tidak ada lagi alasan menunggu.

Memang saatnya saya oleskan kuteks merah tua itu di kuku saya, setelah sekian lama.


***




Monday, September 27, 2010

Day #11 : mimpi-mimpi yang terlupakan.

Saya berharap ingat mimpi semalam. Seharusnya ada alat yang bisa membuat kita bisa tetap mengingat semua detail mimpi kita, setidaknya hanya sampai saya bisa mencatat dan mengartikannya. Saya hanya ingin tahu, kenapa saya banyak sekali bermimpi tentang kamu, bahkan ketika kamu tertidur di sebelah saya. Apakah mimpi-mimpi ini mencoba mengatakan sesuatu, atau ini hanya sebuah refleksi kebersamaan yang mulai terlalu banyak?

Tapi mimpi semalam, saya ingin sekali ingat. Saya ingat, bahkan ditengah-tengah tidur saya yang tidak terlalu nyenyak tadi malam, saya berusaha mengingatkan diri saya, agar begitu terbangun langsung menceritakannya kepada kamu.

Kenyataannya, pagi tadi kita hanya berpisah lewat sekilas salam dari balik jendela. Saya lupa. Dan sekarang sudah terlambat untuk mengingatnya.

***


Sunday, September 26, 2010

Day #10 : earth day.

I'm always a big city girl, born and raise. But this morning, in our meditation mode, i almost fell in love with nature. Almost said yes to camping, noded to barefoot walking, and embraced the wind that blew my charming hair away.

It felt like the nature was in some kind of conspiracy, to bring me closer to them. I surrendered for a little bit, and i heard what it was saying, "you are mine, and i'm yours." Enough said, i cheated my boyfriend for about fifteen minutes, and became nature's. We--me and nature--were pretty sure he would understand.

***

"The Lodge" Maribaya, Bandung
an EARTHBOUND trial with some random interesting people.

Saturday, September 25, 2010

Day #9 : saturday morning.

Terbangun dengan bau nasi uduk dan telur dadar, dibawa oleh sebentuk wajah yang sangat familiar. Dilanjutkan dengan menonton serial favorite bersama-sama. Iya, saya baru bangun tidur, belum mandi, bahkan belum cuci muka dan sikat gigi. But, that's what make this typical Saturday morning perfect.

Sederhana dan tanpa rencana.
***

"It's getting late on Sunday morning
I get up and see
Silly TV talking by itself in the living room
I slept on the sofa again
And don't remember the ending of
The late night movie
And my old lady she don't care,
As I look for food in the fridge

Well, this is life
Well, this is my life
Well, this is life
To plan a weekend without you"

(Lazy Sunday Morning, by : Clazziquai)

Thursday, September 23, 2010

Day #8 : how i met your father.

Just a random thougths while I was watching "How I Met Your Mother", laughing my ass off.

"When will I met my Ted Mosby ? A guy that will telling my kids, the story of how he met their mother with every single silliest detail, in a funniest-charmingly way ?"

Judge me as a mass product of Hollywood-made-serial-slash-unreal-dream, but this Tv series has made its point.

That it'll be nice if i could finally find someone who are willing to do something so sweet, and in reverse give my version of the story, of how i met their father, to our kids...

***






Day #7 : a few more people like you.

Saya buka kolom comment di bawah tulisan terakhir saya. Lagi-lagi ada nama kamu. Saya tersenyum. Bukan karena comment-mu yang selalu lucu dan apa adanya. Tapi karena wajahmu terlihat lebih berukuran normal jika diperkecil dalam seukuran ujung kuku.

Seberapa besar yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi berarti?
Dari kamu, saya mengetahui, tidak selalu sebegitu besarnya.

***

Lewat facebook, bahkan friendster--sayang kamu tidak punya twitter--yang tidak pernah lupa kamu hampiri, untuk sekedar me-like, mengirim testimonial, atau mengomentari.

Lewat SMS dan telepon, yang sekali dua kali akan datang, hanya untuk mengecek kabar atau mengucap selamat ulang tahun, bahkan dari jauh.

Lewat film-film gore dan komik-komik cult, yang kamu sarankan, hanya karena kamu memaklumi selera saya yang tidak wajar.

Lewat blog yang selalu penuh dengan comment-comment penuh semangat atau comment asal, yang sedikit banyak membuat saya merasa harus terus menulis.

Lewat pertemuan sesekali, yang akan berlangsung lamaaaaa sekali.
***

Semuanya wajar, tulus, dan tidak dipaksakan. Sebuah kenyataan yang kadang membuat saya lupa, bahwa hal-hal yang berarti itu bukan selalu sesuatu yang besar.

Kecil, tapi selalu ada. Itu kamu dalam hidup saya.



*A few more people like you, and i'll be complete. :)

Wednesday, September 22, 2010

Day #6 : salam dari pusing.

menonton upin dan ipin, sambil memegangi kepala. Berharap tayangan ini akan membuat pusing saya berkurang.

Ini bukan jenis pusing yang dirasakan ketika kita sedang banyak urusan dan tinggal menunggu kepala meledak saja. Ini juga bukan pusing yang dirasakan ketika hidung tersumbat karena flu, menghambat asupan oksigen ke kepala. Ini bukan juga pusing-pusing yang biasa saya rasakan gara-gara terlambat makan. Ini bukan pusing biasa. Dan percayalah, saya telah merasakan sebagian besar jenis pusing di dunia.

I even cheated the worst of it earlier in my life.


***

Saya masih ingat seberapa khawatirnya wajah mama, saat saya yang waktu itu masih usia TK, mengaku melihat langit-langit rumah kami berputar, lalu terasa menimpa saya, sampai napas saya sesak. Ia merasa melakukannya kepada saya. Sore harinya mama tidak sengaja menge-rem mobil yang kami tumpangi secara mendadak, membuat saya yang duduk di kursi samping supir, terlempar menghantam kaca.

Sejak itu kepala saya sering sekali pusing. Bahkan seringkali berakhir sangat mengerikan, seperti langit-langit yang serasa runtuh, raksasa yang terasa menginjak kepala, atau rumah yang terus berputar.

Tidak ada penjelasan medis, bahkan setelah beberapa kali mengunjungi dokter, sampai di rontgen segala. Waktu itu saya menyangka, saya akan menghabiskan seumur hidup saya, merasakan pusing.

Sampai sebuah de javu...
***

Di tempat yang sama persis. Dengan kejadian yang sama persis. Seperti sebuah reka ulang, kepala saya kembali membentur kaca depan mobil. Cukup keras, i even could feel a snap in my head. A snap that heal me.

Hari itu, pusing tidak lagi datang melalui langit-langit yang berputar atau raksasa. I cheated it.
***

Memang, kadang-kadang pusing masih mengunjungi saya. Cukup sering ketimbang yang biasa orang rasakan, seperti hari ini. Pusing yang belum pernah saya tahu. Mungkin ini hanya sebentuk salam lainnya dari pusing.

Pacar saya menyarankan untuk pergi ke dokter. Saya belum mau melakukannya. Mungkin saya takut. Atau mungkin saya lebih percaya spekulasi saya sendiri.

"Like that old movie Final Destination, Devon Sawa once cheated destiny, the worst of it, death. It ends haunted him forever, ini a little less form of destiny.
Well, i guess it's better than the worst. The death itself."



Tuesday, September 21, 2010

Day #5 : Mr. Postman.



Accidentally found this picture, and all of sudden, I feel like I miss Mr. Postman. It's been a while since I last did writing with my own hands and pencil, instead of keybaoard. Put it in an envelopes, stamped it, and send it with Mr. Postman's help.

I miss the feeling of waiting on the porch, beside the mailbox, and opening it every minutes, until Mr. Postman finally arrived.

the satisfaction pays all the effort.

***

well, I'm gonna do something for the sake of Mr. Postman. I'll tweet about it.



pictures taken here.

Monday, September 20, 2010

Day #4 : beberes.



Seberapa benci kamu akan kata : "beberes" ?

Saya yakin kebanyakan akan menjawab, SANGAT. Tapi saya yakin, saya lebih membencinya ketimbang siapapun.

Seriously, i hate it so much!
***

Entah itu beberes dalam konteks, rumah, kamar, cubicle kantor, bahkan rambut. Berbeda dengan adik saya, yang entah kenapa, gila kerapihan, saya benci segala sesuatu yang tertata. Menurut saya segala sesuatu yang diatur itu tidak normal, tidak natural, tidak seru.

Di kampus dulu, saya dikenal bukan karena saya mahasiswa teladan atau mahasiswa yang banyak kegiatan. Saya seringkali lebih dikenal gara-gara rambut saya yang tidak pernah disisir. Padahal, bukan maksud saya jadi terkenal gara-gara tidak pernah nyisir, saya hanya malas menyisir, benci menyisir. Karena dengan menyisir, itu artinya saya harus beberes rambut setiap hari, sebelum berangkat ke kampus.

Ibu saya pernah bilang, "anak cewek kok, ngga pernah nyisir. Nanti ngga ada yang naksir." Saya tidak peduli, kebetulan waktu itu sedang ada yang naksir pada saya. Lagipula untuk apa menyisir--beberes--untuk orang lain, agar suka pada kita.
***

Suatu hari, saya menemukan rambut saya ruwet. Seperti habis digimbal. Saya coba mengurainya dengan jari, dengan tangan, dengan shampoo. Hanya sisir yang tidak saya coba, karena saya tidak terbiasa menyisir, saya tidak punya sisir.

Hari itu, rambut panjang saya harus dipotong. Saya hampir menangis. Rambut saya harus dipotong, hanya karena saya tidak suka menyisir. Sebuah hal yang selayaknya dilakukan semua orang yang mempunyai rambut.

Saya melihat helaian rambut yang jatuh satu persatu. Hidup saya yang berkembang bersama rambut itu juga ikut berjatuhan.

Hanya karena saya tidak suka beberes, hidup saya harus terpotong. Tersendat, menunggu nya tumbuh kembali, sampai panjang seperti sebelumnya, lalu baru memulai kembali.
***

picture taken here .


Dalam rambut pendek saya, saya akhirnya mengerti. Beberes itu bukannya agar kita disukai orang lain, karena kerapihan yang kita miliki. Beberes itu untuk menata apa yang kita punyai.

Karena saat semuanya tertata, kita tidak perlu menunggu.

Sunday, September 19, 2010

Day #3 : so, it isnt't that easy.

Mudah memang mengatakan pada dunia apa yang kita pikir kita bisa lakukan. Yang lebih susah adalah melakukannya.

***

Saya tumbuh sebagai satu sosok instan, yang kurang menghargai proses. Saya mengucapkannya dengan bangga, karena itulah saya. Ibaratnya membaca buku, saya tidak akan ragu-ragu melompat ke bagian akhir, kalau di tengah-tengah saya mulai bosan dengan alur ceritanya.

Ya, saya memang selalu kalah dengan rasa bosan. Bosan berkerja, bosa menonton, bosan di rumah saja, bosan ini, bosan itu.

Tapi saya tidak pernah mengira saya akan sampai pada satu kata ini : bosan menulis. Bosan pada sesuatu yang saya selalu katakan kepada orang lain, akan terus saya lakukan.

***

Entah ini hanya sebuah fase, atau ini akan berlangsung lebih lama. Semoga ini hanya sesuatu yang mereka bilang writer's block.

Karena saya sangat suka menulis. Satu-satunya hal di dunia yang saya tahu bisa saya lakukan dengan benar.

But yes i have to admit. It's not that easy to do what you think you could do.





Friday, September 17, 2010

Day #2 : blank page.

i pushed myself harder than before. and i feel like i'm standing on a blank page of my life. drunk of failure, waiting for someone to slap me in the face.

i pray to something i didn't know exist. a true happiness that nobody could describe.

sick, i wrote a page of my wish. and it's still blank.





Day #1 : dalam sepotong paha ayam goreng.

makan.
satu hal yang kita tahu, kita sama-sama suka. Hanya saja, kadang kita suka makan yang berbeda.

Seperti kamu yang bilang ayam goreng bagian paha itu adalah pemborosan besar-besaran. Sudah bayar mahal, hanya dapat sepotong daging berlemak. Sebaliknya saya bilang ayam goreng bagian dada itu rasanya tidak enak, terlalu berserat, dan akan sangat menyiksa menghabiskan sepotong besar daging yang seperti itu.

Dalam paket kita belajar berbagi.
Memesan satu paket dua ayam, satu nasi, dan minuman, ditambah satu nasi ekstra, akan membuat kita puas. Kamu mendapatkan dada ayam kesukaan mu, dan saya akan menikmati paha ayam yang kamu sisakan tanpa harus protes, kenapa bagian mu lebih besar.
Satu gelas besar soda akan kita minum bersama sesudahnya. Saya hanya perlu sesisip untuk melepas dahaga, karena rasa soda selalu membuat saya kesal, kalau terlalu banyak, dan kamu akan menandaskan sisanya, karena kamu selalu adalah penyuka soda.

***

Beberapa hal tentang makan telah membuat saya mengerti, apa yang sebenarnya sedang kita jalani. Kita berbagi.

Tidak hanya ayam goreng, tapi juga sepiring lemak daging yang selalu kamu pinggirkan untuk saya habiskan, sepotong bala-bala spesial yang membuat mu sampai harus menelepon saya untuk memberi tahu, dan sekotak cokelat yang selalu kamu makan sedikit saja untuk akhirnya saya nikmati.

***

you once said that you don't share food. in some kind of way, you actually share. it's just about finding the right sharing partner.
============
*another attempt to 30 Hari Menulis Blog. Let's see how will this one ends.
Read more about "30 HARI MENULIS BLOG" here, and be a part of it.