Thursday, August 13, 2020

Obrolan Setengah Empat Pagi.

“Orang buta, mimpinya apa...?” Dan hanya dengan sepatah pertanyaan, obrolan setengah empat pagi pun dimulai kembali.


***


Tidur, apa itu tidur? Seolah tidak punya waktu seharian penuh untuk bisa ngobrol, kami seringkali justru mulai saling menyapa di tengah malam. Ritualnya selalu sama. Dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti, “Kehidupan itu memangnya harus membosankan, ya?” Atau, “Apa sih gunanya pernikahan?” Bahkan bisa jadi mempertanyakan hal yang paling sulit ditemukan jawabannya, “Tuhan ini laki-laki atau perempuan, sih?”


Sisanya kami akan bolak balik saling mengingatkan, “Soulmate itu bukannya ditakdirkan bersama?” Lalu dari situ, seringnya diskusi akan berlanjut dengan menelusuri–atau lebih tepatnya mengenang–pengalaman sekali seumur hidup masing-masing menemukan the-rare-kindred-spirit. Tak akan habis pembahasan. Bisa jadi berbelok ke masa-masa di Bandung yang cukup kelam sekaligus mengubah hidup. Cerita tentang pernah makan nasi bungkus berdua karena sisa uang sudah mulai menipis. Kisah tentang pertengkaran paling parah dalam sejarah––waktu itu saya mengusirnya dari rumahnya sendiri, cukup absurd kalau dipikirkan lagi jernih-jernih. Berlanjut ke sebuah kenangan pertama kali kami bertemu, yang ternyata dimulai jauh lebih awal dari momen resminya sendiri. 


Seringkali kami juga memikirkan, “Kenapa tidak ada yang romantis di Jakarta?” Pertanyaan yang sebenarnya lebih berupa keluhan. Sebuah ketidakpuasan akan bagaimana pada akhirnya kami menghabiskan begitu banyak energi, untuk mencoba menjalani urusan-urusan yang tidak lagi melibatkan hati. Kemudian kami akan melontarkan teori-teori omong kosong tentang passion, determinasi, kemapanan, hingga ketuhanan yang tak sesuai kenyataan. Toh akhirnya kami pasrah menjalani keseharian yang begitu-begitu saja. Bahkan seringnya berjauhan, terpisah dunia pekerjaan. Tidak bisa selalu saling mengingatkan kalau hidup perlu di-pause sesekali, untuk pencet tombol play pada pemutar musik, dan lalu menari kecil tanpa konteks yang jelas.


Katanya itulah bagaimana manusia beranjak dewasa, menua dalam konsep umur. Mulai melupakan hal-hal kecil yang menghangatkan hati, karena terlalu sibuk memikirkan keduniaan yang seringnya membuat rasa jadi kelewat beku. Mulai menghiraukan uniknya ritme nafas sendiri, terengah-engah karena tidak sadar ikut arus yang dibuat orang lain. Mulai menidurkan pikiran-pikiran intens yang menggerakkan jiwa, atas nama hidup yang memaksa terus bangun meski tanpa idealisme. Mulai bergerak berlawanan arah, demi berlari menemukan tujuan yang tidak kunjung jelas ujungnya. 


Mungkin salah satu dari semua hal di atas, atau perpaduan semuanya, yang menjauhkan kami dari kegemaran kami akan obrolan setengah empat pagi. Namun kalau memang itu arti menua, saya paham kenapa dari dulu kami selalu menolak menjadinya.


***


Dalam sebuah kesempatan akhirnya kami berhasil mengetahui, orang buta bermimpi tidak melalui apa yang pernah dilihat, tapi lewat apa yang didengar dan dirasakannya. Sebuah jawaban yang melegakan. Terbukti secara ilmiah kami tidak tahu pasti, yang jelas mengetahui siapa saja bisa merasakan sensasi mimpi itu lumayan mengangkat beban pikiran. 


Sebelumnya saya akan sengaja mengalihkan fokus dengan pertanyaan lain yang lebih mudah dijawab, “Mau pesen mekdi nggak?” Di tengah obrolan setengah empat pagi? "Iya. Kenapa nggak?"


***




"When I close my eyes
You come through, you
Time just deepens, sweetens
And mends old friends
We all melt back into the picture
Raindrops back into the water, old friends

And there are no ends to old friends
Amen..." 

--Old Friends, Coldplay.

Friday, August 7, 2020

2020: The year of firsts.


Saying good mornings to plants and pet fish, while deciding which pyjamas to wear for today’s zoom meetings. If this is the new kind of normality people are talking about, I’m digging it!



***



It is crystal clear that 2020 is not the best of years. It’s too unpredictable, too volatile to be someone’s favourite. It took too many, also. Jobs, sanity, lives. Not to mention it took away our normality just like that. Like look how many hours I spent in the kitchen now.


Normally, a trip to the kitchen was always about reaching the pantry because I’m hungry in the middle of the night and losing my demons; instant noodles. Or heading straight to the fridge––opening and closing its doors—just because I’m bored––and also hungry, I’m always hungry. 


But now, for the first time ever, I voluntarily go to the kitchen to make food from scratch. Prepping everything fresh with my own two hands instead of ordering in. Spending hours and hours, standing in front of the stove, before I can actually eat something. And I’m doing it without any pressure from anyone. I want to, I’m looking forward to it, sometimes even plan what I want to cook the night before. How that it's normal, I thought.



***



But cooking wasn’t nearly all my firsts in 2020. There also these plants and fish I adopted. Watering them every morning, crying over the ones that can’t make it because of I-don’t-know-what.  Feeding a pair of fish I named Phoenix and Wolfgang, with blood worms. Talking to them, playing some of my fave music to them.


Working from bed. Eating in bed. Sleeping anywhere in the room. Watching underrated animes. Listening to Weezer. Shopping for home wear. Saying hi to my kost neighbour. Smoking a pack a day. Smoking zero pack a week. Scrolling instagram until I sprained my thumb. 


A lot of firsts, a lot of firsts. Overwhelmingly a lot to mention. But I felt great about it. Toxic positivity? Too confused to be depressed? Can’t say. I’d say I just like to have my firsts again. It reminds me of my almighty 20s. Where life seems easy and exciting. Who knows we need 2020 to feel youthful again.



***




The kind of normality like your good morning text. I wish it still meant like the first of them used to be. Good morning, you.



***



"You might think that it's too long
You might think that you're not strong
Was it real or was it fake?
And never call it a mistake
And when it happens late
A little patience all it takes
The road that bends will soon be straight
Good things come to those who wait
Tomorrow turns to yesterday
The sun will rise another day
All your problems go away..."
--Good Things, Zee Avi.