Monday, January 10, 2011

You and Me.

saya dan seorang sahabat mengambil sebuah kesimpulan akhir dalam senyuman. Baiklah, kami sudah mengerti sekarang. Ada beberapa hal yang memang sebegitu menyakitkannya dan sebegitu mengesalkannya untuk dimengerti pada awalnya, namun akhirnya akan terasa indah juga.

kami pun masuk ke dalam mobil, dan melanjutkan perjalanan. Tapi tampaknya, music player saya ingin ikut-ikutan membuat kesimpulan. Dia memutar satu lagu, yang membuat kami tersenyum-senyum konyol. 

***


"Yesterday when you were young
Everything you needed done was done for you
Now you do it on your own
But you find you're all alone, what can you do?

You and me walk on, walk on, walk on
'Cause you can't go back now

You know there will be days
When you're so tired
That you can't take another step
The night will have no stars 
And you'll think you've gone as far 
As you will ever get

You and me wak on, walk on, walk on
'Cause you can't go back now

And yeah, yeah, you go where you want to go
Yeah, yeah, be what you want to be
If you ever turn around, you'll see me

I can't really say
Why everybody wishes they were somewhere else
But in the end, the only steps that matter
Are the ones you take all by yourself

You and me walk on, walk on, walk on
Yeah, you and me walk on, walk on, walk on
'Cause you can't go back now
Walk on, walk on, walk on
You can't go back now" 

Can't Go Back Now,by : the weepies

***

dan hari itu satu impian kami terwujud, lagi...


Wednesday, January 5, 2011

silly.little.things. (part 2) : Tattooed in my mind.


Entah karena pada dasarnya saya adalah orang yang sentimentil atau tidak mau ribet, sejak dulu saya adalah orang yang paling suka 'silly-little-things'. Saya menyebutnya begitu, untuk hal-hal sepele yang membuat saya senang.

quoted from : silly.little.things


***

Seperti nama distro. Sama juga dengan single salah satu band indie lokal.

Namun untuk saya, silly little things adalah sesuatu yang banyak berarti. Hal-hal kecil konyol, yang membuat saya lebih banyak melihat mendengar dan merasakan. Hal-hal kecil konyol yang membuat saya lebih banyak memaafkan dan berbaikan. Hal-hal kecil konyol yang membuat saya merasa lebih besar di hati.

Kontradiksi yang aneh memang. Tapi mungkin itulah saya. Banyak hal dalam satu tubuh kecil, kontradiksi alami. Yang seringkali lupa akan hal-hal kecil konyol, yang seharusnya saya bawa kemanapun saya pergi. karena tanpa mereka, saya pasti sudah jadi tidak waras, atau setidaknya berdiam di pojokan ruangan dalam posisi tidak wajar, meratapi kehidupan yang terlalu aneh.

Maka pagi itu, saya ingin memastikan, hal-hal kecil konyol tersebut tidak akan pernah terlewatkan sekali lagi dan terlupakan sewaktu-waktu.

I tattooed them in my mind.


silly.little.things
font : jelly (taken from dafont.com)
special thanks : bulelebo(design) & munir (tattoo artist)

Jogjakarta
1/1/11


hanya untuk sebuah 'halo'.

perasaan saya sesak setiap kali mendengar lagu itu.

Saya teringat-ingat sebuah kisah singkat yang pernah terjadi antara saya dan seseorang yang memberikan lagu itu. Kata seorang teman, mungkin itu artinya dia--somehow--masih menginginkan saya merasakan semua emosi yang sama seperti saat lagu itu diberikan. Lagu ini mengindikasikan bahwa saya harus menunggu lebih lama lagi. Saya pernah menunggu, dan waktu itu dia kembali. Tapi kali ini, saya tidak tahu. apakah yang harus saya tunggu. Menunggu dia. atau menunggu sebuah moment indah terjadi sekali lagi.

Saya hanya bisa menarik napas panjang, sambil merubah wajahnya yang sering sekali berganti-ganti di kepala saya, karena saya memang tidak pernah bertemu dengannya. Semoga, ketika lain kali moment indah itu datang, juga bersamaan dengan kedatangannya.

Hanya agar saya bisa, setidaknya, mengucapkan "halo" dan menjabat tangannya sambil tersenyum.

***



"Helo. I'm mr. hippo. I live in Jakarta. And i like potatoes."
Lalu lengkaplah cerita kami.


a part of one sweet process.

"saya sudah siap beranjak, tolong jangan pegangi kaki saya lagi..."

Kalimat yang berulang kali saya ucapkan dalam doa saya akhir-akhir ini--ya saya berdoa.

Agar saya diperbolehkan melanjutkan 'perjalanan' saya dengan tenang. Sebuah permohonan yang salah. Karena ternyata, hal itu adalah bagian dari sebuah proses manis, yang akhirnya terjadi.

***

saya menangis tersedu-sedu antara kesal dan sedih malam itu. Keduanya karena harus memilih.

Memilih mungkin akan lebih mudah, ketika keinginan itu datang dari diri saya sendiri. Tetapi memilih karena sebuah keharusan yang tidak jelas, tentu saja tidak hanya membuat sedih, tetapi juga menyisakan kesal.

Saya mereka ulang semua kejadian yang pernah terjadi di antara kami. Yang sudah pernah kami ulangi setiap detailnya beberapa malam sebelum ini. Kami melewati semua timeline kehidupan, dan akhirnya berbaikan. Bukan satu sama lain, itu sudah kami lakukan sejak lama, malam itu kami berbaikan dengan keadaan yang tampaknya selalu bermaksud membuat kami sedih.

Ya, termasuk kali terakhir ini--ia mengindikasikan ini akan jadi yang terakhir.

Saya berharap kami adalah remaja-remaja polos yang akan selalu memilih jalan belakang apabila tidak disetujui. Tapi kami sama-sama sadar, energi kami sudah tidak lagi setara mereka, untuk melakukan pekerjaan semacam itu. Kami hanya ingin semua berjalan apa adanya, tertata di tempatnya.

Hingga pada akhirnya kami terbangun pagi nya.

***

Kami tertawa-tawa karena semua yang tadi malam terasa begitu konyol. Perasaan sentimentil. Pedihnya perpisahan. Dan sulitnya memilih.

Karena pada dasarnya ini bukanlah tentang kami. Kami hanyalah trigger untuk sebuah proses lain di luar ini.

Sebuah proses yang manis, i supposed.

Proses yang menghantarkan seseorang yang kami sayangi, pulang ke tempat orang-orang tersayangnya, dan berbaikan dengan apapun yang dia punya.

Kami tersenyum. Mungkin ini awal dari akhir yang menyenangkan. Atau akhir dari awal yang buruk. Entahlah. Kami merasa lega yang jelas.

"Saat kamu baik-baik saja, kamu pun melepas pegangan mu di kaki saya. Kita siap melangkah. Ya, bukan hanya saya, tapi juga kamu..."

***