Friday, November 27, 2009

kisah si pembela kebenaran & si menyebalkan

Penokohan #1 : Si Pembela Kebenaran

Jika dia berjalan, dia akan memandang ke sekitarnya lalu mulai membaca tanda. Bukan menilai, bukan juga menghakimi, hanya melihat yang kebetulan bisa ia rasakan. Kadang-kadang dia benci menjadi satu-satunya yang mengerti, karena instingnya pasti akan membawanya ke berbagai kejadian aneh, yang kadang bisa membuatnya ingin melakukan sesuatu, atau setidaknya, muntah. Dia hanya bingung, kenapa manusia suka sekali mengurusi urusan manusia lainnya. Padahal seperti namanya, urusan pribadi itu, sifatnya PRIBADI.

Penokohan #2 :Si Menyebalkan

Jika berjalan, dia akan dinilai menyebalkan oleh banyak orang. Kelihatan sombong, acuh, dan pemilih. Padahal dia hanya selalu berusaha menjadi dirinya sendiri. Yang bukannya sombong, tapi hanya pelupa. Bukannya acuh, hanya terlalu sibuk mengurusi urusannya sendiri, untuk ingin tahu urusan orang lain. Bukannya pemilih, hanya selalu punya standar akan segala sesuatu, dan standar itu TINGGI.

***

Babak I

Si Pembela Kebenaran bertemu Si Menyebalkan di tengah jalan. Orang-orang di sekeliling mereka sedang kasak kusuk menghakimi Si Menyebalkan. Katanya orang itu jahat dan tidak punya hati. Si Pembela Kebenaran maju dan berdiri di sebelah Si Menyebalkan. Entah untuk alasan apa. Yang jelas, tidak boleh ada orang yang menghakimi orang lain seperti itu, tanpa memahami siapa dia sebenarnya. Lagipula siapa yang pernah memahami Si Menyebalkan. Untuk mengenalnya saja, orang terlalu banyak alasan untuk mau.

Babak II

Berada di bagian jalan kehidupannya yang paling asing, Si Menyebalkan mulai merasa lelah menjadi orang lain. Toh hasilnya sama saja, tidak ada yang mengerti. Di saat gelagat orang-orang yang mulai ingin menambahkan satu lagi label pada dirinya--senseless--dia bertemu Si Pembela kebenaran. Entah kenapa, dia mau berdiri di sebelah Si Menyebalkan, dan menemaninya menghadapi orang-orang. Si Menyebalkan baru saja disadarkan, mungkin saja ketulusan memang ada di dunia ini.

Babak III

Si Pembela Kebenaran dan Si Menyebalkan berjalan pulang bersama. Dan mungkin ini adalah awal sebuah kebersamaan yang aneh, antara dua orang berbeda keyakinan. Tapi satu hal mereka sepakat, pertemanan memang seharusnya tulus-tulus saja.

***

Pesan Moral

"Jangan pernah berkompromi dengan apapun yang kita yakini. Karena suatu saat, di tengah perjalanan hidup ini, mungkin saja kita dipertemukan dengan orang yang bersedia memahami. Tanpa tendensi dan ego, hanya karena ingin menemani."

No comments:

Post a Comment