Monday, November 23, 2009

aku kamu dia kita (akan) pulang


"good things take time honey, just be patient a little bit more."
Saya merasa salah bicara, karena dia bilang dia menangis. Meskipun saya tidak melihat, saya tahu dia menangis, tulisannya terlihat sedih.

***

Tidak biasa-biasanya dia begitu. Lesu, tidak teriak-teriak tidak jelas, dan tidak bercerita dengan jemari yang merekah kemana-mana. Bajunya memang berwarna cerah seperti biasanya. Tapi jelas hari ini di tidak baik-baik saja.

Entah apa yang sedang menimpanya, saya tidak tahu secara detail. Yang jelas ini bukan masalah cinta biasa. Masalah cinta ini sudah jadi perkara 'konsep diri'. Pada akhirnya saya ngobrol juga soal 'konsep diri' ini dengannya. Bukannya malah tenang, dia terasa tegang.

Dan menangislah dia setetes demi setetes. Membuat maskara yang selalu dipakainya luntur. Seketika dia tidak terlihat seperti dia. Dia bilang dia lelah dan merasa lemah. Lalu menangis lagi.

Saya mengerti. Sangat mengerti. Merasakan perasaan tak berdaya, yang akan sangat asing, kalau kita terbiasa hidup tanpa siapa-siapa dan selalu berusaha mengurus diri kita sendiri. Berusaha menepis cibiran orang, dan tatapan menyepelekan yang sering kali datang. Ingin berlari keluar, tapi ingin pulang.

Mungkin pada akhirnya kita semua harus pulang. Menemui mereka yang pasti tidak akan membiarkan kita jatuh. Dan memahami kita seperti kita apa adanya, tanpa label , tanpa penilaian. ayah, ibu, adik, kakak. Keluarga.

Dalam tangisnya, dia berkata harus bicara pada ayahnya. Ya, itu benar.

Hanya mereka yang akan menerima kita setelah kita berlari jauh, kelelahan, dan ingin beristirahat.

***
"Jika lelah beristirahat lah, dan sandarkan kepala mu di bahu seseorang. Mungkin itu akan membantu mu berbaikan dengan diri mu sendiri."

No comments:

Post a Comment