Wednesday, July 7, 2010

the mythical Mr. Perfect.


"Rindu mengorak menarik hati serentak
hey-hey siapa dia...
Wajah sembunyi di balik payung fantasi
hey-hey siapa dia..."
***

Mendengar pembicaraan seorang teman saya sedang mempersiapkan pernikahan, saya menanyakan sebuah pertanyaan klasik : "So, how do you know that he's the perfect one ?"

Saya sering sekali menanyakan pertanyaan ini, sampai-sampai bosan sendiri. Saya selalu ingin tahu proses awal dibalik keputusan penting itu. 5W+1H, dari memutuskan seseorang sebagai the mythical Mr. Perfect.

Why mythical ? Because i don't believe there is someone that could be soo perfect.

Hal paling saya sukai dari teman saya ini adalah dia seorang realis sejati, yang selalu menemukan logika untuk segala sesuatu. Bahkan untuk sesuatu yang sifatnya absurd dan subjektif macam siapakah Mr. Perfect kita.

"Well, basically you just know. Perfect itu masalah yang tidak bisa disama ratakan. Ukurannya banyak, dan jelas bukan dalam arti kata sesungguhnya. Perfect itu adalah ketika dia datang di saat yang tepat, seperti di saat elo emang udah pengen nikah. Atau sesuatu yang sangat ngga penting, seperti dia bisa mengerti jokes norak lo, atau selera makan lo yang gila. Perfect doesn't always mean that he's extremely cool or what. You'll know what you need."

Begitu kira-kira resume jawabannya.

Saya yang seringkali mendengar jawaban serupa adegan di film Serendipity, langsung berbinar. The cynical and pesimistic me suddenly believe, that someday i'll be able to find my Mr. Perfect. And getting married, making love, having my own home, and be undescribeably happy, despites all the ups and downs.

Finding someone, who's perfect in his unperfections, that sounds possible.


***

Saya bermimpi saya berhadapan dengan Kris Biantoro, memperkenalkan saya dengan suara tenornya. Tentu saja di acara kuis klasik itu, Kuis Siapa Dia. Hanya saja judulnya kali ini, "Siapa Dia si Mr. Perfect". Potongan wajah dikeluarkan satu-persatu di layar. Saya menebak dan gagal. Lalu tirai itu terbuka.

Isinya seorang pria duduk diatas kursi, wajahnya gelap.

Tapi itu sama sekali bukan mimpi buruk. Itu hanya kenyataan. Mungkin memang saya belum menemukan dia.

'Dia' masih menunggu di balik tirai, dengan sabar, menunggu jawaban saya tepat dengan potongan-potongan wajahnya, yang ditampilkan di layar.

***

"Payung fantasi arah kemana dituju
hey-hey tunggu dulu...
Bolehkah aku melihat seri wajahmu
boleh kah disayang....

Siapa geranfan tuan...
pembawa pelipur rasa bahagia...
cendrawasih dari bulan...
Ataukah si bintang siang"
(Payung Fantasi-Ismail Marzuki
)


1 comment:

  1. oh..jadi sekarang selera lo yg kaya kris biantoro gt? hmmmm..

    ReplyDelete