Thursday, December 18, 2008
Perasaan/Dirasakan
Apakah telah benar memutuskan
Padahal saya punya janji yang belum selesai
Dan saya tidak punya apa-apa untuk ditawarkan
selain....
Ketulusan?
Sombong kalau saya bilang begitu
Saya hanya merasakan
Karena perasaan itu dibuat untuk dirasakan
Bukan diutarakan
because my heart said so
He walked out that door
I watched in agony
That was the most disturbing scene i've ever seen
***
Bersenang-senang mungkin tujuan kami malam itu. Tapi kedatangan saya tampak hanya membuat semua orang bingung dan merasa resah.
" Batalkan saja..."
"Jangan," kata saya.
"...."
Ada keheningan yang membuat kami semua merasa tidak enak. Merasa buruk. Merasa tidak punya hati. Setidaknya saya begitu.
Saat dua orang teman menyanyikan satu lagu yang baru saja mereka ciptakan, saya mulai menangis.
"...yahh...padahal ini lagu dibuat untuk menghibur...kurang....ya..."
Saya menggeleng. Menangis makin kencang. Beberapa orang memilih keluar. Menyadari saya mungkin butuh ruang. Padahal saya butuh keyakinan. Apa yang saya lakukan beberapa menit yang lalu, apakah benar? Kalau benar, lalu kenapa saya hanya merasa sedih, bukan meyakini?
"Tadi dia membiarkan saya pergi. Tanpa konfrontasi apapun, tanpa emosi. Saya harusnya merasa senang. Tapi saya tidak. Wajahnya menyiksa."
"Do you care about him that much...?"
"Yeah, now i know.... And i feel like a coldhearted bitch...!"
***
I made this promise to myself
That I would be there
Just because I care
And my heart said so
sometimes we just need to follow our heart
Saturday, November 22, 2008
defining nice
The fucking phone is ringing....the fucking phone is ringing.... the fuck....
I pick up the phone.
I didn’t expect anybody.
Little bit surprising that it was you.
“Are you okay...”
“I’m okay...”
“We’re having fun here.”
“I know...just go on. Have fun. The night is waiting to be beaten.”
“Okay then. Bye...”
“Bye....”
I smiled.
I know you tried to share the happiness. But you never push that hard.
Defining nice.
It’s you in my mind.
And that’s enough....
GOSSIP GIRL
Gossip Girl here,
your one and only source to the scandalous lives of Mahattan’s Elite.
- from the series “Gossip Girl”-
Kalau saja di jaman SMA saya tinggal di New York dan sudah jamannya push e-mail lewat hand phone, mungkin saja Gossip Girl—situs fiktif itu—akan muncul dengan nama yang berbeda dan isi yang hampir serupa : the scandalous lives of high school’s attendance.
The names there are not gonna be ‘B’ and ‘S’ (Stands for Blair Waldorf and Serena Van Der Woodsen).
Akan tertulis ‘V’ and ‘G’. Well, setidaknya ini bukan fiktif. Saya dan sahabat saya di SMA memang saling memanggil dengan inisial masing-masing.
Lalu diikuti inisial teman-teman kami yang lain : ‘I’, ‘D’, ‘K’, ‘M’, ‘N’, (another) ‘V’....etc.
B and S are B.F.F.....
Yes, so do we... V and G are B.F.F...
Kami memang baru bertemu di SMA. Tapi kami serasa saling mengenal puluhan tahun. Beberapa orang malah mengira kami berteman sejak TK.
B and S are upper East-siders.
V and G also East-siders.
We live at the East of Jakarta and my ex-highschool-boyfriend had this B-Boys club wich called East Riders. OMG...how ‘East’ we are!
B and S have their crush, D, N, and C...
Well, we also had ours..
V had E, I, D....and others
G had G, D, U, I, E, A....and many others
We had the I, for the same person, at the different time of our high school experience.
We had the E, also for the same person, at the sama time, that made V slap G on the face, in front of the class, that also made our high school experience soooo scandalicious.
B and S have their own villains. Sometimes for each other. But they made up at the end.
V and G also had their own villains. Sometimes for each other, but we made up easily, and most of our villains were others.
Mantan pacar yang meninggalkan kami demi seorang anak baru, anak baru yang merebut pacar kami, mantan teman kami yang mencomblangi mantan pacar kami dengan anak baru yang kami benci, guru yang menyuruh kami memanjangkan rok dan melonggarkan baju, anak sekolah lain yang datang dan merebut perhatian cowok-cowok di sekolah kami, adik kelas yang memelototi kami balik ketika dipelototi, dan tentu saja, kakak kelas yang merasa dipelototi balik ketika memelototi kami, atau kakak kelas yang pacarnya kami rebut, kakak kelas yang temannya naksir kami, kakak kelas yang teman laki-lakinya jadi teman kami juga, dan segala jenis kakak kelas yang lain.
B and S doin’ silly things. They stripped, they slept with a guy on the back of limo, they had fun.
V and G did silly things also. But...not that ‘silly’.
Kami berlompatan tanpa mengenakan rok sekolah di kamar, untuk mengisi waktu sebelum pergi les. Kami merekam video kami sendiri, jauh sebelum musim youtube, as Hillary Duff and Lindsay Lohan. Kami mengintai kakak kelas—dan adik kelas—yang kami suka. Kami kabur dari les, dan pergi makan es krim. Kami menggencet adik kelas dengan suka rela. Kami berkirim surat, padahal cuma pisah kelas.
That was our story back then. When life was like a television series. Easy, passionate, and friendly.
I crave for time like that....
You know you love me
X.O.X.O
Gossip Girl
You Deserve The Better. I Deserve The Best.
“I have the BEST boyfriend ever!”
“I have the BEST girlfriend ever!”
Kalimat manapun yang kita pikir tepat, apapun jenis kelamin kita—laki-laki atau perempuan—seringnya akan kita katakan ketika :
- Umur hubungan kita baru sebulan dua bulan; dimana kebahagian seakan diberikan secara maksimal dari langit, melalui seorang pasangan yang pengasih, pengertian, tampan-cantik,pintar...etc.
- Umur hubungan kita sudah menginjak setahun lebih; tetapi kebahagiaan masih terasa diberikan secara maksimal dari langit, lewat seorang pasangan yang masih juga tampak pengasih, pengertian, tampan-cantik, pintar...etc....disertai dengan beberapa kekurangan yang masih bisa ditolerir.
- Pasangan kita memberikan kecemasan sesaat, yang kemudian dibalas dengan surprise berupa hal-hal tidak terduga untuk kita (namanya juga surprise), atau...yahhh...hal yang kita sudah duga sebelumnya, karena kita sempat memancing dengan menyebutkan hal-hal kesukaan kita dari jauh-jauh hari.
Akan lain keadaannya, ketika :
- Umur hubungan kita baru sebulan dua bulan, lalu tiba-tiba pasangan kita terlihat sedang jalan-jalan bergandengan tangan bersama orang lain, padahal katanya sedang menemani ibunya. (Jangan pernah percaya, kalau yang kita lihat, adalah seorang wanita yang jauh lebih muda atau malahan laki-laki yang jauh lebih muda atau tua sekalipun.)
- Umur hubungan kita sudah menginjak 10 tahun lebih, kita beranjak menua, tetangga sudah menggunjingi kita perawan tua dan perjaka gagal, dan dia belum juga mau menikah dengan kita.
- Pasangan kita mengajak bertengkar setiap hari dan hal-hal kecil membuatnya marah.
- or.....simply when you feel that you’re not happy....
Kalimat yang keluar dari kita adalah :
“I deserve the BETTER...!” (berlaku untuk semua jenis kelamin dan umur)
Diucapkan dengan bengis di depan cermin atau seorang sahabat, lalu diakhiri dengan kesedihan atau tangis (bisa juga berbentuk raungan, guling-gulingan, atau kesendirian menahun).
Saya bingung. Kesedihan mungkin kadang membuat kepintaran kita meleleh bersama air mata.
Kenapa ketika bahagia, kita merasa sudah mendapat yang ‘terbaik’, sedangkan di masa berkabung kita, kita cuma merasa harus mendapat yang ‘lebih baik’.
Seharusnya kesedihan memberikan semangat pada kita untuk mencari yang terbaik, bukan yang sekedar lebih baik. Dan kita juga seharusnya ingat, bahwa kebahagiaan itu, tidak selamanya yang terbaik, hanya mungkin terasa yang terbaik di suatu waktu dalam kehidupan kita.
Mungkin lebih baik memilih berkata,
“ You deserve the better....” karena pastinya mereka perlu orang yang bisa dengan lebih baik mencintai mereka ‘apa adanya’ (yang tahan akan perselingkuhan, kontrol berlebih, dan ketidak bahagiaan), dan membawa mereka sadar, that you’re the best in some other way.
“...and I.... I deserve the best...”
Hanya karena kita memang layak mendapatkan yang terbaik, dan selalu tahu apa yang terbaik untuk kita.
Keep saying that you deserve the best, and the best one will come when you’re least expected.
Thursday, November 6, 2008
STRANGE LAND
Sunday, October 26, 2008
Bandung Hujan
Matahari Meredup
Kami Senang
Dan Berjingkrak
Karena artinya
Akhirnya kami bisa pulang
Bandung yang kami ingat sudah kembali...
Tuesday, October 21, 2008
TUHAN MU SIAPA ?
"Apa paham lo?"
"Bebas"
"Gue alam semesta....mereka membantu gue menemukan Tuhan"
"Mungkin gue akan senang kalau pacar gue atheis...."
"Kenapa..."
"Gue akan bebas mencari Tuhan dan menemukan agama yang tepat."
"Gue benci kenapa Tuhan harus dinama-namai...Tuhan itu cukup dipercayai..."
"Tuhan itu bagian dari diri lo, gimana caranya lo ga percaya ?"
"Agama itu apa sih?"
"Cara gue mengapresiasi Tuhan gue"
"Ketuhanan itu sifatnya personal.."
"Lalu kenapa masih banyak orang yang belum menemukan Tuhan ?"
"Karena jarang ada yang berusaha mencari, lagipula siapa yang tahu."
"...?"
"Buat apa menceritakan sisi hidup lo yang paling personal ke orang lain."
"Bukannya fungsi Tuhan itu untuk menempatkan semua pada hakikatnya ?"
"Tuhan menciptakan sistem, semua berujung pada satu....Maka tercipta harmoni"
"......."
Belum juga membuat saya menemukan apa-apa.
Saya harus sabar.
Ketuhanan itu masalah personal. Ya, terserah saya dong....
Sunday, October 12, 2008
F.U.C.K.... NOT F.C.U.K....
Friday, October 10, 2008
maybe destiny
Live in Bandung
* checked ! I'm not planned leaving Bandung soon
Female, 18-25 years old
* checked ! I still have 3 years to reach the age limit
Have a big passion on writing
* Oh my god...HELL YESSSS !!!!
Oww..they find new contributors for the magazine...!
Maybe this is destiny...
or
It's just something I coincidentally read today
well, no guts no glory...
so, How do you think ?
Wednesday, October 8, 2008
Lebaran dan Daging Krispi
Sunday, September 21, 2008
lewat gelap
Saya memasuki kamar saya sendiri dengan rasa aneh. Ada bau khas yang masih saya ingat, dari bau menyengat campuran obat nyamuk, kapur barus kamar mandi, dan kura-kura yang jarang saya urus. Tapi dibanding hidung, kuping saya lebih tidak nyaman. Ada bunyi “nggging” kesunyian yang selalu saya benci. Saya segera menyalakan televisi, yang tengah menayangkan sepotong adegan sinetron tidak bermutu. Tidak penting. Yang penting bunyi tidak enak di kuping itu hilang.
Asing di kamar sendiri.
Mungkin itu kalimat yang paling tepat menggambarkan apa yang saya sedang rasakan ini. Saya terlalu banyak berada di kamar orang lain. Kamar dengan bau yang juga khas. Percampuran jamur lembab, wangi tubuhnya yang manis, dan obat nyamuk yang sama dengan milik saya di kamar. Mungkin obat nyamuk itu yang bikin saya betah berlama-lama disana, karena mengingatkan saya akan kamar saya sendiri, dan mengingatkan saya akan rumah. Mungkin juga karena bau jamur lembab yang lekat sekali dengan nuansa kota ini yang dingin. Atau bisa jadi, karena wangi tubuhnya, dan dia selalu ada di kamar itu. Dia ada dan tidak ada, tidak berbeda rasanya. Dia selalu memenuhi kamar itu.
Kalau sedang ada, dia biasanya membaca di pojokan. Membaca apa saja. Novel, majalah lama, komik Donal dan Sinchan yang membuatnya tertawa sendiri, atau membaca tulisan tangannya sendiri yang memenuhi seluruh tembok di dekat tempat tidur. Saya dengan sok sopan akan datang mengganggu dengan pertanyaan semacam, “boleh tidur disini lagi”, atau kalau tidak mengeluh tentang lantai yang selalu berdebu membbuat saya gatal dan tumpukan pakaian kotor yang membuat tangan saya gatal ingin menggotong semuanya ke laundry.
Sudah semacam yang punya kamar itu memang saya ini. Terlalu peduli sama isinya, sampai suka bersih-bersih tanpa diminta. Tas-tas saya juga pasti ada saja yang teronggok di dekat pintu masuk. Kakaknya bahkan pernah berkomentar, “bantal disini pasti isinya jigong lu semua...!” saya hanya tertawa dan bilang sialan. Tidak enak hati karena terlalu sering numpang, tapi sisi hati yang lain terlalu merasa nyaman.
Apalagi kalau pintu itu sudah ditutup. Dia akan mulai menyusun bantal-bantal kesayangannya di karpet lalu mematikan lampu dan tidur dengan posisi yang membuat punggungnya sakit hingga sekarang. Saya memandanginya dalam gelap. Cuma dalam keadaan itu saya bisa melihat dia dengan cara yang berbeda. Peaceful. Tidak gundah dan gusar seperti biasanya. Hanya begitu caranya, agar saya bisa merasa memiliki.
Dalam terang dia biasanya gelap. Tak terjamah tangan saya yang bahkan jarang ingin menyentuh. Takut tidak terbalas.
Memang hanya dalam ruang gelap itu saya merasa nyaman. Karena seperti yang saya bilang tadi, dia memenuhi ruangan, dan mudah bagi saya untuk merasakannya.
Tapi siang itu, saya memutuskan untuk mengumpulkan semua barang-barang saya dan menjejalkannya kedalam tas-tas yang biasanya saya biarkan teronggok di depan pintu. Entah karena apa. Saya hanya berpikir, mungkin saya harus kembali ke persembunyian saya sendiri. Memikirkan banyak hal, tanpa auranya yang terlalu terasa. Mungkin dia juga harus memikirkan banyak hal tanpa kontaminasi suara dengkur dan igau saya. Biar saja saya jauh dari rasa aman. Saya harus menemukannya dalam terang. Lewat kesendirian yang asing. Mungkin...
Wednesday, September 17, 2008
beautiful mess
Some friends have posted 10 things about them.
Well now...let's learn some things about me, with a little help from a song by Jason Mraz. It says "Beautiful Mess". Yes some people call me messy, and--sometimes--beautiful. That's life, right? Full of contradiction that makes you being rather uncertain. If there is one thing i could tell you, well...just live it how it has to be,,,with full of contradiction.
"Beautiful Mess"
You’ve got the best of both worlds
You’re the kind of girl who can take down a man then lift him back up again
"I love being in a relationship! (with a guy, of course!) They are easy to be friend and loved one, so I got everything i need in one packaged...hihihi"
You are strong but you’re needed, humble but you’re greeted
"Some friends call me ambitious. They think I only care about perfection. I take it as a compliment though...Because maybe...yes...I become very needy"
And based on your body language and shotty cursive I’ve been reading
You’re style is quite selective though your mind is rather reckless
"I always loveeeee colors and style. Since I knew I don't have any cappacities to be a designer, I design my own fashion style. Many people keep complaining, but I keep adding so much color. Whatever people think, i love being me."
Well I guess it just suggests that this is just what happiness is
"This is the contradictive thing about me and this lovely song. I'm still searching...In the middle of deep thinking of happiness and what I need in life, instead of what i want."
And what a beautiful mess this is
It’s like picking up trash in dresses
Well it kind of hurts when the kind of words you write
Kind of turn themselves into knives
"I write everything. Love life, friendship, new clothes that i bought, shoes that i wear today, what restaurant that i am in to fill my stomach with trash...everything! Sometime it contains harsh language, but that's the cool thing about writing. You can write it down, read it again, publish it when you like it, or...just erase it in instance. I choose to write, because i have a very dirty mouth!"
And don’t mind my nerve you can call it fiction
But I like being submerged in your contradictions dear
"ooohh...too many contradiction, dear! i'm happy but i'm lonely. I'm easy but rather complicated. I love music but i can't read partiture. I love eating but i hate my big belly. I love sunflower but hate the smell. I love fashion high heels but can't bearly wearing them. I love reading but i don't have favorite writer. I am me...but sometimes I'm just somebody."
Cause here we are, here we are
Although you were biased I love your advice
Your comebacks they’re quick and probably have to do with your insecurities
"I can't stand being alone! It makes me missereable, and yes it's kinda sad."
There’s no shame in being crazy, depending on how you take these words
"I take the word crazy as my middle name. At least some people belive that. I don't know why.....you tell me..."
I’m paraphrasing this relationship we’re staging
"And like every single person in this whole wide world we're living in, I'm still searching for my mr. right. It has to be really RIGHT, because I don't want to spend the rest of my life, staring on my own mistake every day."
But it’s a beautiful mess, yes it is
It’s like picking up trash in dresses
Well it kind of hurts when the kind of words you say
Kind of turn themselves into blames
And the kind and courteous is a life I’ve heard
But it’s nice to say that we played in the dirt
Cause here, here we are
Here we are
We're still here
And it’s a beautiful mess, yes it is
It’s like taking a guess when the only answer is yes
"You can think anything about me, but don't bother to ask. So who the hell you think you are to judge me?"
And through timeless words and priceless pictures
We’ll fly like birds not of this earth
And tides they turn and hearts disfigure
But that’s no concern when we’re wounded together
And we tore our dresses and stained our shirts
But its nice today, oh the wait was so worth it
Wednesday, September 3, 2008
Monday, August 18, 2008
bersama sepotong tiramisu
Wednesday, August 13, 2008
menunggu
Saya menunggu di pojokan sambil merokok
Menunggu dia tersenyum sambil bilang, "Nyong, kenapa lo? Sini Cerita!"
Lalu biasanya dia mengacak-ngacak rambut saya sambil mencubit-cubit pipi saya yang tidak tembem. Saya akan membalas dengan menariki kulit telapak tangannya yang sekarang kurus...
Saya menunggu sambil pura-pura tidur
Menunggu dia memanggil nama saya dari kamar sebelah dengan suara keras.
Setelahnya saya biasanya menyahut, lalu dia tertawa. Terjebaklah saya dan diberikannlah julukan orang tidur yang suka nguping...
Saya menunggu sambil bercerita kesana kemari tentang kejadian hari itu.
Dia akan dengan sabar mendengarkan lalu menanggapinya dengan kalimat-kalimat konyol. Sesedih apapun saya, dia selalu sukses membuat saya tertawa-tawa. Dia juga biasanya ikut tertawa. Lalu kami berbaring dengan posisi-posisi yang aneh, dan bernyanyi lagu cucak rowo.
Kami biasanya membahas apa yang kami lihat, sesuai dengan yang mata kami lihat.
Kami biasanya mengomentari apa yang kami dengar, persis seperti pendengaran kami bicara.
Kami biasanya berkata-kata, tanpa peduli susunan kata-kata.
Kami bebas...
Saya menunggu hari itu datang lagi.
Monday, July 28, 2008
So many questions
I need an answer
Whatever happened to emilia earhart
Who holds the stars up in the sky
Is true love once in a lifetime
Did the captain of the titanic cry
Apalah yang kita ketahui di dunia ini.
Hanya sedikit dibanding kan yang kita tidak ketahui.
Saya terkejut melihat dan merasakan banyak sekali selidik ingin tahu di sekeliling kita. Memaksa kita untuk menjawab iya saja, demi membungkam mereka pergi. Memang begitu, begitu merasa mengetahui jawaban dari sebuah jawaban di kepala, orang-orang ini akan pergi dan mencari pertanyaan lain untuk dijawab. Tidak perduli apakah sebenarnya pertanyaan mereka perlu untuk ditanyakan, ataukah pertanyaan itu hanya retoris, tidak perlu jawaban untuk menjawabnya.
Ya kadang-kadang mereka begitu. Bertanya bukan karena tidak tahu. Mereka bertanya hanya karena ingin merasa tahu.
Bukan pula karena perduli, hanya ingin dibilang tahu.
Saya menanggapi hanya dengan pertanyaan,
"Buat apa kamu mau tahu?"
Toh setiap jawaban hanya akan menimbulkan pertanyaan lain yang membuat mu semakin susah tahu.
Karena bukankah begitulah hidup? Semakin banyak kita bertanya, semakin banyak pula yang tidak kita tahu. Semakin sulit kita menemukan jawabannya, semakin berguna jawaban tersebut untuk kita.
Someday well know
If love can move a mountain
Someday well know
Why the sky is blue
Someday well know
Why I wasnt meant for you
Does anybody know the way to atlantis
Or what the wind says when she cries
Someday well know
Why samson loved delilah
One day Ill go
Dancing on the moon
Someday youll know
That I was the one for you
I bought a ticket to the end of the rainbow
I watched the stars crash in the sea
If I could ask God just one question
Why arent you here with me?
(Someday We'll Know, by : New Radicals)
Thursday, June 26, 2008
seek pleasure
Memang dasar tempat jahanam. Pantas saja dibuat terpencil begitu. Kata teman saya," kalo lo pada udah ngerasa mau mukulin gue dan udah bete, itulah saatnya kita nyampe!"
Benar saja. Ketika tangan-tangan sudah mulai akan melayang--beberapa menggenggam benda tumpul--sampailah kami di tempat itu. Penuh mobil-mobil yang berisi orang-orang seperti kami. Seeking pleasure....
Saperti masuk wahana di DUFAN, ada lorong bertangga sempit, lampu biru yang menyala membuat pusing, sisanya jendela besar yang menawarkan keindahan malam seperti di safari malam. Suara tawa, jedug musik--suaranya memang jedagjedug kok!--,dan gemerincing gelas. Udara dingin menyusup. Pantas saja. Waktu mata saya akhirnya bisa membiasakan diri dengan percampuran cahaya biru redup itu dengan bohlam kuning yang remang, saya bisa melihat, separuh bangunan itu tidak beratap. KAMI ADA DI SURGA....langit yang jadi atapnya.
Terbalik yah? Biarkan saja. Selanjutnya kami juga tidak peduli ketika semua terbalik-balik.
Yang diam, tertawa...
Yang duduk, berdansa...
Yang sendiri, bersama...
Yang wajar, menggila....
we seek pleasure, and we found it.
we didn't need anymore details....
*cheers everybody!
--------------------------------------------------------------------------------------
"When I was a young girl I used to see pleasure
When I was a young girl I used to drink ale
Out of the ale house, down into the jail house
My body salve-aided and hell is my doom
Come mama come papa and sit you down by me
Come sit you down by me and pity my case
My poor head is aching my sad heart is breaking
My body salve-aided and hell is my doom
Please send for the preacher to come and pray for me
And send for the doctor to heal all my wounds
My poor head is aching my sad heart is breaking
My body salve-aided and I'm bound to die..."
When I was I Young Girl; by : Feist
baju kebanggaan
saya sudah melewatinya.
saya tersenyum bangga pada diri sendiri.
saya sudah berusaha.
"Siap-siapin baju buat besok. Buat jadi baju kebesaran atau kekalahan lo...." kata sebuah suara menghantarkan.
saya memang berencana pakai baju istimewa besok.
bukan sebagai baju kekalahan atau kemenangan...
cuma untuk merayakan usaha saya.
Sunday, June 1, 2008
hugging and kissing game
Begitu ucap saya setiap kali seorang teman datang menghampiri dengan gelagat-gelat akan memberikan afeksi berlebih lewat peluk dan cium.
Agak jijik ya. Bayangkan saja, dia memoyongkan bibirnya, memejamkan mata, mulai mendekatkan wajah ke arah saya, sambil merentangkan kedua tangan, seolah ingin merengkuh anaknya yang sudah lama hilang dalam-dalam. Sayangnya...saya bukan anaknya yang lama hilang--bahkan dia juga belum pernah punya anak--dan saya tidak terlalu menggemari afeksi berlebih macam itu.
Tapi, entah kenapa semakin saya merasa jijik, teman saya ini semakin bernapsu melakukannya (aduh jangan salah sangka dulu, ini bukan napsu macam itu, tapi napsu yang 'lucu'). Muncul ide di kepala saya, awas nanti gue balassss....
Tidak perlu susah-susah mencari balasannya. Saya monyongkan bibir saya, pejamkan mata, mendekatkan wajah ke arahnya, dan merentangkan tangan ingin memeluk. Hasilnya,
"Anjis....jangan berani dekat lagi loooo....awasss aja!"
Jadilah ini permainan kami sehari-hari. Hugging and kissing game. Atau biasa kami sebut permainan afeksi. Bikin kami jadi takut satu sama lain. Bikin kami ketagihan juga...Karena senang sebetulnya diberikan afeksi yang begitunya...
Tapiii...kalo sempat dicium dan dipeluk betulan...yuck! Agak males yah....
Dasar manusia...sukanya yang setengah-setengah. Padahal apa salahnya kalau memeluk dan cium betulan tanda sayang.
"Sini...sini....dicium ama tante...." tiba-tiba teman saya itu datang dari arah belakang.
"Don't you ever dare....!" dengan sigap saya menjauh.
Lalu kami terkikik dan terkakak bersama....permainan ini seruuuuuu!!!
Mungkin rasa sayang tidak selamanya harus selalu dibagi dengan peluk-cium. Yang penting berbagi kebahagian dan tawa. Itu baru artinya sayang.....
*(ughhweeeeggggg......!)
Sunday, May 25, 2008
lagu yang bicara
Saya tenggelam dalam sebuah kenangan yang aneh karena sebuah lagu. Sebuah lagu yang dulu setiap pagi saya putar untuk menemani saya mandi (ya...dulu saya ‘mandi’). Saya mengingat kenangan yang dibawa oleh lagu itu dengan senyum miris.
Yang saya pinjam untuk membangunkan saya dari tidur kesiangan.
Thursday, May 1, 2008
only time knows
"Jangan sekarang ya...saya lagi labil. Don't have to rush.."
"What's the meaning of rush anyway... only time knows.."
Hanya waktu yang tau apa buru-buru itu. Waktu membantu kita mendefinisikan, dan kita membuat standar. JAdilah kita selalu terkejar-kejar. Padahal apalah artinya terburu-buru jika disejajarkan dengan seluruh waktu yang kita miliki di dunia. Tidak banyak. Itu juga mungkin. Because, only time knows...
sentimentilisme dan melankolialisme
Kemarin saya bicara dengan seorang teman via online...Saya bicara tentang hal-hal yang jarang saya utarakan tapi selalu terpikirkan...Saya bicara tentang cinta, kesepian, dan rutinitas.
Beginilah sepotong dari pembicaraan panjang kami malam itu,
"Kemarin saya lihat kamu di Bandung, naik mobil VW. Jahat ga bilang-bilang pulang teh.."
"Ga mungkin weekdays saya ada di Bandung, Gin.."
"Bukan kemarin sih, beberapa hari lalu, minggu tepatnya.."
"Kalau begitu itu saya."
"Huh bukannya bilang kalau lagi di BAndung, saya kangen ngobrol sama kamu"
"Hayu atuh ketemuan...jika ada kesempatan dan kamu tidak bobogohan, ya"
"Hahaha sudah habis euphorianya, Mam. Sekarang saya lebih banyak sendiri. Padahal saya paling phobia kesendirian."
"Wah kemana teman-teman? Penebeng-penebeng itu? Seperti saya dulu..."
"Ke kampus sih tetap bareng. Tapi khan sudah jarang ke kampus. Selebihnya ya sendiri-sendiri..Payah, mau ketemu temen sendiri saja susah."
"Masa..."
"Iya..eh kamu tau gak si Eceu lagi menghilang. Saya kangen sama dia, sudah 2 bulan ga ketemu dan ngobrol."
"Bahaya oge...kenapa dia ngilang?"
"Entah. Tadinya juga saya khawatir. Tapi setelah saya pikir-pikir, yasudahlah biar saja kalau maunya ngilang begitu. Saya jadi terpikir sebuah teori : setiap orang kadang ingin menghilang dan sendirian saja.With no particular reason."
"Bosan mungkin. Sama rutinitas. Dan teman itu bagian dari rutinitas..."
"Itu sih ya alasan paling masuk akal. Bosan sama rutinitas. Tapi kalau teman sudah jadi rutinitas, kayaknya ada yang salah deh. Hyyyy....takut pasti saya juga memilih kabur.."
"Itulah yang membuat saya selalu menghindari komitmen.Merasa dapat pembenaran nih.."
"Haha..silahkan saja. Semua orang sah membuat alasan yang dianggap benar. Tapi memang benar, rutinitas dan komitmen itu mengerikan kalau kita miliki bersamaan. Pertemanan dan percintaan, kadang berubah jadi rutinitas saja. Pasti inginnya menghilang. Tapi sulit...sudah ada tanggungan berupa komitmen. Membingungkan ya komitmen itu, mau dibawa kemana sih? Jadi apa?"
"Memang..padahalnya dasarnya manusia hanya butuh rasa sayang dan perhatian...kenapa komitmen dibawa-bawa ya......"
Hmmm saya pikir benar juga. Rasa cinta dan sayang bisa kita dapat (atau kita beri) dari mana (dan ke mana) saja. Berkomitmenlah untuk selalu berbagi. Dan rutinitas pasti jadi sebuah omong kosong.
Itu saja.
Saya masih merasa semtimentil dan melankolis. In a different way. Kali ini saya habiskan waktu dengan diri sendiri saja.
Wednesday, March 26, 2008
Horton Hears a Who...!
Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Animation |
Begitulah kira-kira yang juga diyakini Horton, si gajah lincah yang menjadi tokoh sentral dalam film ini. Pikirannya yang liar dan sangat optimis, membuatnya punya masalah dengan seisi hutan yang lain, karena mempercayai sesuatu yang bahkan tidak bisa dilihat, disentuh, didengar, dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tapi Horton--dengan caranya yang aneh dan lucu--tetap optimis untuk membela kepercayaannya itu, meskipun tidak ada yang mau percaya.
Secara garis besar, film ini menceritakan kisah Horton yang berjuang demi apa yang dipercayainya tersebut. Tentu saja, ditambah dengan bumbu-bumbu line lucu khas Jim Carey (yang mengisi suara Horton), dan adegan-adegan slapstick seperti di dalam film Ice Age ( yang juga karya dari pembuat film ini). Memang dalam segi tehnik pembuatan tidak secanggih Ratatouille atau Finding Nemo dan film-film Pixar yang lain, tapi film ini sungguh menghibur. Cocok untuk anak-anak yang datang menemani orang tua mereka--yang mengaku datang menemani anak-anaknya nonton--dan pas untuk yang tengah mencari film dengan pesan moral cukup mengena, ditengah badai film horor indonesia dan film perselingkuhan. Jangan heran kalau tokoh-tokoh yang ditampilkan mirip yang ada di the grinch atau The Cat in the Hat, karena film ini memang diambil dari karya Dr. Seuss, sang pembuat kisah anak-anak ternama itu.
Saya percaya film ini akan membekas di hati banyak penontonnya, meskipun banyak juga yang pesimis, seperti pihak 21 Cineplex yang cuma memberi jatah 2 kali penayangan untuk film ini (berbagi studio dengan tali pocong perawannya dewi persik). Tapi entah, apakah saya punya semangat dan optimisme setara dengan Horton. Karena jika saya punya, pasti saya sudah melihat Horton menari-nari atau mengajak saya ngobrol lewat lubang kecil itu...
Monday, March 17, 2008
When Cinta Laura Ride an Ojek
“Mana ujan..becek...ga ada ojek...”
By : Cinta Laura
Bisa jadi quotes diatas adalah sebuah quotes paling populer dan paling inspiratif di awal tahun ini. Saya mendengarnya hampir tiap hari. Di kampus, di kantor, di televisi, di majalah, bahkan teman-teman saya yang berprofesi sebagai penyiar radio menggunakannya sebagai punchline di akhir kalimat mereka, atau menjadikannya sebagai kalimat pembuka yang sangat catchy. Salah satu e-mail yang paling hot beredar di milis kantor, berisikan sebuah kreasi spektakuler temannya teman. Sebuah lagu sederhana yang dibuat lewat cool edit, dengan durasi sekitar 30 detik, yang berupa versi remix dari “Mana ujan..becek...ga ada ojek...”-nya Cinta Laura. Semua orang langsung download untuk dijadikan ring tone HP yang cool. Lagu itu diputar terus disela dering telepon dari client dan tuts-tuts keyboard yang menemani pemiliknya bekerja. Ada yang mendengarkan sambil geleng-geleng kepala, ada yang sambil tertawa-tawa, ada juga yang sampai teriak ”aduuuuhhhh ini nggak banget deeehhhhh....”(dengan logat Cinta Laura yang dibuat-buat). Tapi entah kenapa, tidak ada satu orang pun yang rela menjadi volunteer, demi kemaslahatan umat, untuk mematikan track lagu itu.
It’s everyone’s guilty pleasure....
Semenjak kemunculannya, Cinta Laura boleh dibilang fenomenal. ABG umur 13 tahun, wajah indo, dengan personality ’bintang’—yang kadang tidak sinkron. Kerap kali mengaku tomboy, gemar mengenakan aksesori berbentuk tengkorak, dan mendengarkan System of a Down. Namun muncul di layar kaca dengan gaun panjang ala Cinderella—sama seperti judul sinetron yang membesarkan namanya—, make up tebal, dan gaya berbicara yang centil khas ABG sinetron jaman sekarang. Tapi bukan itu yang membuatnya jadi fenomenal. Logat bicara nya itu lho....
Entah dibuat-buat, entah memang dari sananya begitu, logat bicara Cinta Laura yang ke-bule-bule-an, membuatnya jadi perhatian (tapi coba perhatikan di sinetron-sinetronnya, dia bicara dalam bahasa Indonesia yang baik-baik saja). Infotainment ikut membantunya, dengan sengaja menanggap Cinta—yang tampaknya sama sekali tidak sadar—dengan meliput dan mewawancarainya untuk hal-hal yang tidak penting. Yang penting, Cinta bicara.. Diawali dengan statementnya tentang penyakit lambungnya, yang orang biasa sebut maag. Cinta punya bahasanya sendiri, ”gastroww....”( i dont even sure how to spell it...). Pembawa acara infotainment ternama Uli Herdinansyah, sampai bertanya-tanya apakah artinya sambil tertawa geli. Dilanjutkan dengan statementnya mengenai bibirnya sendiri. ”Orang bilang bibir aku monyong...seperti Angelina Jollie”. Poor Cinta... Dia pikir monyong itu padanan yang pas untuk bibir tebal. Yah masih banyak lagi statement Cinta yang mengejutkan dengan logat Bule nya yang kental itu.
Kata orang sih norak....tapi tetap ditunggu, dong...!
Sampai akhirnya, muncul lah Cinta dengan statement terakhirnya tentang liburannya ke Bali beberapa waktu lalu. Cinta mengaku sempat kehujanan dan sulit mencari kendaraan untuk bepergian. Tentu saja dengan cara yang tidak biasa dong,”...Mana ujyan...becyek...ga ada owjyekkk...” Boom! Statement yang langsung menjadi highlights dimana-mana.
Padahal, bukannya biasa kalau orang mengeluh becek dan tidak ada ojek ketika hari sedang hujan?
Well...saya acungkan jempol untuk Cinta Laura. Bukan untuk Award aktris sinetron terbaik yang didapatnya tahun lalu. Tapi untuk menjadi Cinta Laura, everyone’s guilty pleasure. Dengan personality bintang nya, ke-tomboy-an nya, dan logat Bule nya yang menjadi trend terkini. Saya membayangkan Cinta sedang duduk menonton TV atau membaca majalah di ruang tengah rumahnya, ditemani sang ibu yang gaya bicaranya hampir sama. Sambil terkikik geli Cinta berkata pada ibunya, ”Mam....I did It.... I made everybody know who I am. And I did make a trend......”
“Good job darling.... It’s every new comer needs...publication.....You’ll be the next rising star baby!” jawab ibunya. Mereka berpelukan lega dan membeli sekantong ‘turkey kebab’ kesukaan Cinta untuk merayakan.
Entah pembicaraan itu dilakukan dengan bahasa Inggris atau bahasa Jawa tulen. Entah juga diakhiri dengan membeli turkey kebab atau getuk lindri. Entah pembicaraan tersebut memang benar-benar terjadi atau tidak. Tapi yang pasti Cinta pantas merayakan sesuatu.
Because, when Cinta Laura Ride an Ojek in the middle of the muddy road, everybody will follow.....
Monday, February 11, 2008
malam minggu
Friday, February 8, 2008
another marriage
Monday, February 4, 2008
Accross the Universe
Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Drama |
Film ini akan menjawab...
Saya merasa bukan orang yang sangat suka sama the Beatles. Kalah lah sama temen saya yang memang mengagung-agungkan mereka serupa dewa dan mengkoleksi lagu-lagu mereka dari yang paling umum, sampai yang paling rare. Tapi betapa kagetnya saya, ketika akhirnya menonton Accross the Universe ini. Ternyata saya ngga kalah lho, pengetahuan lagunya sama fans-fans the Beatles itu....
Terbukti, sepanjang film saya tidak hentinya ikutan sing a long...menikmati soundtrack maupun backsound film ini, yang kesemuanya adalah milik the Beatles yang diaransemen ulang--dengan sangat baik. PErlu dicatat juga, saya sangat merasa puas bernyanyi, karena film ini juga bisa digolongkan sebagai film drama musikal yang sangat kaya lagu sebagai pengganti dialog-dialog pendeknya, lengkap dengan koreografi yang cantik dan tetap 'gagah' untuk para prianya.
Tapi jangan bandingkan film ini dengan Highschool Musical atau Hairspray, yang terasa sangat ceria dan--yah datar saja. Menonton film ini, siap-siap diaduk-aduk emosi anda. Mata anda akan dimanjakan dengan pilihan setting tempat dari sang sutradara yang sangat indah dan 'mengagetkan'. Karena, bisa saja dari dataran Inggris yang aristokrat dan klasik, anda dipindahkan ke daerah suburban New York yang padat, atau medan perang di Vietnam yang penuh darah. Begitu juga dengan pilihan tone gambarnya. Jika mata anda sudah terasa hangat dengan warna-warna khas springtime bersiaplah untuk silau dengan warna-warna pshychadelic khas Flower Generation di thn 60an.
Semakin kebelakang anda mungkin akan makin terlongo-longo dengan tingkat absurditas film ini yang kental dengan aksi-aksi teaterikal. Tapi jangan khawatir, tidak akan terlalu mengganggu alur cerita nya, yang masih berada diseputar cinta.
Bukan...bukan...bukan cinta-cintaan seperti yang lain. Cinta dalam film ini diartikan berbeda.... Cinta kepada lawan jenis, cinta kepada teman, cinta kepada hidup, cinta kepada negara, dan cinta kepada musik tentunya......
Tinggal anda siapkan mata, hati, dan juga telinga....untuk ikut merasakan aura cinta dalam film ini...dan ikutlah bernyanyi......
Nanti anda akan tahu, seberapa familiar Anda dengan lagu-lagu the Beatles yang memang tampaknya belum juga mati....
ps : siap-siap juga dengan kejutan cameo yang spektakuler !
Saturday, January 26, 2008
11 matahari
Saya dan teman-teman sering sekali mengeluh kalau sudah menginjak daerah itu. Tempat ke arah luar
Mataharinya.
Aduh, setiap hari di sana sama seperti seminggu berjemur di pantai. Mataharinya bukan hanya menyinari, tapi menyeringai, bahkan menusuk. Teman saya bahkan sempat berteori, tampaknya matahari di sana ada dua. Huah....satu matahari saja sudah bikin pusing kalau lama-lama terkena sinarnya, belum lagi ditambah penipisan ozon, Bisa bikin kanker kulit. Ada dua matahari...bayangkan saja sendiri....double pusing...double kanker....
Sore itu saya juga baru pulang dari ”negeri dua matahari” itu. Saya tidak berharap menemukan matahari-matahari lainnya yang sejenis itu. Saya ingin matahari yang hangat, yang menyinari...bukan menyeringai. Telepon saya berdering. Katanya matahari saya akan pulang hari ini. Ah, akhirnya...ada juga matahari yang saya tidak keberatan lama-lama disinari.
Matahari.
Begitu saya biasa menyebut dia. Karena dia hangat dan menerangi. Dia menyebut saya bunga matahari. Saya tidak keberatan. Bunga matahari biasanya akan mencari sinar matahari. Saya punya banyak alasan untuk terus mencari dia. Saya juga yakin dia akan terus dengan sabar terbit untuk menerangi hari saya. Matahari memang seharusnya begitu, menyinari dengan sabar.
Saya menunggu agak lama, dan akhirnya melihat matahari saya berjalan menuju saya. Wajah lelah setelah perjalanan jauh dan kerepotan membawa barang-barangnya. Tangannya penuh... Satu tas di tangan kiri dan sesuatu berwarna kuning di tangan kanan. Benda itu begitu besar dan familiar, saya langsung mengenalinya sekali lihat.
Bunga Matahari.
Tanpa senyum yang berlebihan atau kata-kata pengantar yang picisan seperti tulisan saya ini, dia berikan bunga matahari itu. Bukan hanya satu, tapi sepuluh. Bukan juga untuk moment istimewa yang langsung sibuk saya ingat-ingat, tapi hanya karena ingin.
Benar mungkin kata orang tua. Hati-hati dengan apa yang kau inginkan. Kadang-kadang tidak selalu seperti harapan. Saya cuma ingin satu matahari, yang datang sebelas. Iya, sebelas. Bunga-bunga itu, dan dia sendiri.
Jadi, kalau dua matahari itu double pusing dan double kanker...
11 matahari = everything i could wish for....