Wednesday, October 8, 2008

Lebaran dan Daging Krispi

Lebaran biasanya diisi dengan gema takbir dan parade bedug. Disertai orang-orang yang berbondong-bondong datang ke mesjid (atau lapangan), mengenakan pakaian terbaik mereka dan dandanan paling maksimal.

Saya mengalaminya juga pagi itu.
Tapi kejadian sebelumnya, belum tentu semua yang berlebaran juga mengalami.

Jln. Cempaka II/12A
Komp Jati Kramat Indah I
Pondok Gede-Bekasi
05.35 am
Kamar Saya
===================================================================

Mata saya terbuka setelah adik saya membangunkan saya dengan sangat paksa. Biasanya dia juga suka membangunkan saya secara paksa, tapi entah kenapa kali ini berbeda. Mungkin karena dia membangunkan saya dengan wajah bolornya terlihat begitu panik, dan tangannya menenteng setumpuk map, yang saya kenali sebagai map-map yang biasa dipakai ibu saya untuk menyimpan ijazah kami semua.
Saya teringat wejangan ibu saya kepada kami di setiap kesempatan, "Kak, De, kalau ada apa-apa itu langsung lari keluar. Ga usah pikirin barang-barang, kecuali ijazah. Langsung selamatkan..."
Melihat pagi buta itu adik saya menenteng map ijazah sambil panik perasaan saya yakin pasti ada apa-apa. Saya lompat dari tempat tidur, tapi melainkan langsung lari keluar tanpa peduli harta benda kecuali ijazah, saya mampir dulu di meja belajar menggotong laptop dan tas saya yang berisi macam-macam. Saya keluar kamar, semua orang sudah di teras berusaha membuka pintu pagar. Saya berteriak, "memang ada apa sih....?" Ayah saya balas teriak lebih sewot, "Ada kebakaran Kak, kihat dong!" lalu dia buru-buru buka pintu garasi dan menstater mobil. Eyang dan tante saya sudah diungsikan di dalam mobil dan siap berangkat. Ibu dan adik saya akhirnya sudah keluar, tapi masih di teras rumah, memandangi sebuah scene yang mirip seperti acara-acara disaster di TV. Sebuah tiang listrik tepat di depan rumah kami terbakar dan mengeluarkan ledakan-ledakan yang cukup besar secara konstan.
Saya baru menyadari betapa genting keadaan, dan kemudian menyadari, betapa saya dilupakan pagi itu, setelah melihat keadaan di luar. Kok bisa semua orang sudah diluar sementara saya baru dibangunkan dan baru berhasil lari ke teras. Adik dan ibu saya mengaku setelah kejadian, mereka memang lupa akan keberadaan saya. Mungkin karena saya sudah tidak pernah ada di rumah.
Beberapa warga termasuk saya berusaha menelpon PLN untuk mematikan aliran listriknya. Tapi terus saja tiang listrik itu meledak-ledak seperti kembang api raksasa. Sisanya berusaha memadamkan api dengan seember air, yang untungnya, berhasil dicegah oleh warga lain, sebelum menimbulkan masalah baru berupa warga yang terpanggang listrik. Setelah agak lama, barulah ada yang berinisiatif memanjat sambil membawa fire extinguisher yang biasa dipajangnya di mobil gaulnya (ada gunanya juga tuh akhirnya). Disusul oleh warga lain yang membawa pemadam versi lebih besar, dan akhirnya mematikan api. 

Semua bernapas lega. Saya menelpon pacar untuk pamer kejadian langka itu. Ayah saya bergerombol bersama bapak-bapak membahas kronologis. Dan adik saya memilih bergabung bersama ibu-ibu dan eyang saya, yang katanya mendapat pertanda lewat masakan lebaran telor petis yang meledak mengotori seisi dapur beberapa saat sebelum kejadian.

was...wes...wosss...was...wess...wosss....

Begitu suaranya kalau di komik. Kasak kusuk, yang perlahan menghilang. Digantikan gema takbir. Orang-orang perlahan mengundurkan diri, bersiap untuk sholat ied. Tidak ada sisa, kecuali kami harus bersungkem idul fitri dalam gelap, karena seluruh aliran listrik mati dan rumah yang tepat di bawah tiang listrik itu harus mengepel ekstra busa-busa dari fire extinguisher.

Saya tidak berpikir kejadian itu sebagai kutukan atau hidayah di hari Lebaran. Saya tidak sujud taubat sesudahnya. Saya hanya berpikir, untung kami orang Indonesia. Yang warga nya punya semangat menolong  setinggi semangat pamernya--saya bertemu seorang ibu yang tak henti-hentinya memuji keberanian anaknya yang ikut manjat pagi itu, yang rumahnya tiga blok dari gang kami. Sangat berdedikasi!
Lepas dari niatnya, menolong atau jadi hero, buat saya sama saja. Yang penting lebaran kali ini tidak kami lewati sebagai daging krispi...

1 comment: