Saya sedang merasa sentimentil dan melankolis.
Kemarin saya bicara dengan seorang teman via online...Saya bicara tentang hal-hal yang jarang saya utarakan tapi selalu terpikirkan...Saya bicara tentang cinta, kesepian, dan rutinitas.
Beginilah sepotong dari pembicaraan panjang kami malam itu,
"Kemarin saya lihat kamu di Bandung, naik mobil VW. Jahat ga bilang-bilang pulang teh.."
"Ga mungkin weekdays saya ada di Bandung, Gin.."
"Bukan kemarin sih, beberapa hari lalu, minggu tepatnya.."
"Kalau begitu itu saya."
"Huh bukannya bilang kalau lagi di BAndung, saya kangen ngobrol sama kamu"
"Hayu atuh ketemuan...jika ada kesempatan dan kamu tidak bobogohan, ya"
"Hahaha sudah habis euphorianya, Mam. Sekarang saya lebih banyak sendiri. Padahal saya paling phobia kesendirian."
"Wah kemana teman-teman? Penebeng-penebeng itu? Seperti saya dulu..."
"Ke kampus sih tetap bareng. Tapi khan sudah jarang ke kampus. Selebihnya ya sendiri-sendiri..Payah, mau ketemu temen sendiri saja susah."
"Masa..."
"Iya..eh kamu tau gak si Eceu lagi menghilang. Saya kangen sama dia, sudah 2 bulan ga ketemu dan ngobrol."
"Bahaya oge...kenapa dia ngilang?"
"Entah. Tadinya juga saya khawatir. Tapi setelah saya pikir-pikir, yasudahlah biar saja kalau maunya ngilang begitu. Saya jadi terpikir sebuah teori : setiap orang kadang ingin menghilang dan sendirian saja.With no particular reason."
"Bosan mungkin. Sama rutinitas. Dan teman itu bagian dari rutinitas..."
"Itu sih ya alasan paling masuk akal. Bosan sama rutinitas. Tapi kalau teman sudah jadi rutinitas, kayaknya ada yang salah deh. Hyyyy....takut pasti saya juga memilih kabur.."
"Itulah yang membuat saya selalu menghindari komitmen.Merasa dapat pembenaran nih.."
"Haha..silahkan saja. Semua orang sah membuat alasan yang dianggap benar. Tapi memang benar, rutinitas dan komitmen itu mengerikan kalau kita miliki bersamaan. Pertemanan dan percintaan, kadang berubah jadi rutinitas saja. Pasti inginnya menghilang. Tapi sulit...sudah ada tanggungan berupa komitmen. Membingungkan ya komitmen itu, mau dibawa kemana sih? Jadi apa?"
"Memang..padahalnya dasarnya manusia hanya butuh rasa sayang dan perhatian...kenapa komitmen dibawa-bawa ya......"
Hmmm saya pikir benar juga. Rasa cinta dan sayang bisa kita dapat (atau kita beri) dari mana (dan ke mana) saja. Berkomitmenlah untuk selalu berbagi. Dan rutinitas pasti jadi sebuah omong kosong.
Itu saja.
Saya masih merasa semtimentil dan melankolis. In a different way. Kali ini saya habiskan waktu dengan diri sendiri saja.
Kemarin saya bicara dengan seorang teman via online...Saya bicara tentang hal-hal yang jarang saya utarakan tapi selalu terpikirkan...Saya bicara tentang cinta, kesepian, dan rutinitas.
Beginilah sepotong dari pembicaraan panjang kami malam itu,
"Kemarin saya lihat kamu di Bandung, naik mobil VW. Jahat ga bilang-bilang pulang teh.."
"Ga mungkin weekdays saya ada di Bandung, Gin.."
"Bukan kemarin sih, beberapa hari lalu, minggu tepatnya.."
"Kalau begitu itu saya."
"Huh bukannya bilang kalau lagi di BAndung, saya kangen ngobrol sama kamu"
"Hayu atuh ketemuan...jika ada kesempatan dan kamu tidak bobogohan, ya"
"Hahaha sudah habis euphorianya, Mam. Sekarang saya lebih banyak sendiri. Padahal saya paling phobia kesendirian."
"Wah kemana teman-teman? Penebeng-penebeng itu? Seperti saya dulu..."
"Ke kampus sih tetap bareng. Tapi khan sudah jarang ke kampus. Selebihnya ya sendiri-sendiri..Payah, mau ketemu temen sendiri saja susah."
"Masa..."
"Iya..eh kamu tau gak si Eceu lagi menghilang. Saya kangen sama dia, sudah 2 bulan ga ketemu dan ngobrol."
"Bahaya oge...kenapa dia ngilang?"
"Entah. Tadinya juga saya khawatir. Tapi setelah saya pikir-pikir, yasudahlah biar saja kalau maunya ngilang begitu. Saya jadi terpikir sebuah teori : setiap orang kadang ingin menghilang dan sendirian saja.With no particular reason."
"Bosan mungkin. Sama rutinitas. Dan teman itu bagian dari rutinitas..."
"Itu sih ya alasan paling masuk akal. Bosan sama rutinitas. Tapi kalau teman sudah jadi rutinitas, kayaknya ada yang salah deh. Hyyyy....takut pasti saya juga memilih kabur.."
"Itulah yang membuat saya selalu menghindari komitmen.Merasa dapat pembenaran nih.."
"Haha..silahkan saja. Semua orang sah membuat alasan yang dianggap benar. Tapi memang benar, rutinitas dan komitmen itu mengerikan kalau kita miliki bersamaan. Pertemanan dan percintaan, kadang berubah jadi rutinitas saja. Pasti inginnya menghilang. Tapi sulit...sudah ada tanggungan berupa komitmen. Membingungkan ya komitmen itu, mau dibawa kemana sih? Jadi apa?"
"Memang..padahalnya dasarnya manusia hanya butuh rasa sayang dan perhatian...kenapa komitmen dibawa-bawa ya......"
Hmmm saya pikir benar juga. Rasa cinta dan sayang bisa kita dapat (atau kita beri) dari mana (dan ke mana) saja. Berkomitmenlah untuk selalu berbagi. Dan rutinitas pasti jadi sebuah omong kosong.
Itu saja.
Saya masih merasa semtimentil dan melankolis. In a different way. Kali ini saya habiskan waktu dengan diri sendiri saja.
anda orang ketujuh yg berpengalaman sama dgn saya pada waktu yg sama.ha3..tampaknya bkn komitmen yg kt butuhkan melainkan saling percaya..slm knal
ReplyDelete..you don't know what you've got till it's gone...
ReplyDelete-counting crows
ribet amat yak hidup pake ada rutinitas ma komitmen segala, pake dipikirn lagi..lieur. Pake prinsip rock 'n roll aja kali yah -nyak BEBAS KEUN WEEE!!!- klo kt aki sy mah gini ; "manusia yg sedang mrasa bosan, adlh manusia yg sedg tdk cinta pd diri sendiri" heuheuhe
ReplyDelete