Malam mulai larut dan saya mulai kesal, membayangkan malam minggu ini akan saya habiskan sendirian saja. Banyak orang mungkin akan mengatakan tak apa bila malam minggu tidak pergi keluar, biarlah itu jadi konsumsi ABG labil dan Geng motor yang masih suka nongkrong di Dago, malam minggu. Friday Night is the new Saturday Night. Saya kurang lebih percaya, laggipula malam minggu jalanan macet, saya benci macet. Tapi entah kenapa malam minggu ini saya tidak ingin sendirian. Mungkin karena sedang sedikit berselisih dengan teman dan pacar sedang sulit dipaksa beranjak dari kasurnya, saya ingin mencari kesenangan hari ini. Di malam minggu yang biasanya biasa-biasa saja.
Saya mengucapkan kalimat perpisahan lewat mic, dan tepat ketika saya keluar, beberapa orang teman mengajak saya bepergian. Oh thank God... Datang juga tawaran itu. Entah kenapa ada rasa malas yang amat sangat untuk mengajak orang pergi duluan. Terkesan sedikit desperate. Untung yang lain tidak berpikir begitu. Kalau tidak, siapa yang menyelamatkan saya dari malam minggu inii nantinya.
Sempat beberapa kali ganti personel, ganti acara, dan ganti tempat, akhirnya saya berakhir di sebuah cafe baru, bersama lima orang lainnya yang semua laki-laki. Saya menengok teman saya yang sedang memilah milih wine yang diinginkannya, agak lama. Tiba-tiba waitress yang kebetulan juga laki-laki dan sedari tadi menunggu dengan anteng,mulai memberikan saran-saran.
" Kalo boleh saya pilihkan, lebih baik pesan red wine bla bla ini (saya lupa namanya, bahasa Prancis kalau tidak salah). Selain harganya sedang diskon, cocok sekali untuk wanita," katanya dengan gaya profesional sambil melirik kepada saya.
Seolah teman saya itu--dan teman laki-laki yang lainnya--memilih minuman yang dicocok-cocokan dengan saya, seolah karena saya perempuan satu-satunya, sudah pasti saya memang cewek matre yang kemana-mana minta dibayari (tapi memang malam itu teman saya janji menraktir wine tanpa diminta), seolah karena saya perempuan, saya tidak bisa memilih minuman saya sendiri.
Well, jika waitress itu ingin berusaha mengistimewakan saya, dia salah. Entah perempuan lain, tapi saya agak malas menemukan kenyataan itu. Selalu malas, jika menemukan kenyataan, bahwa perempuan selalu dianggap mahluk yang lebih lebih labil, emosional, dan tidak mandiri, baik dalam bersikap maupun berpikir, dengan kedok kesopanan laki-laki.Ladies first ketika masuk ruangan, ladies night di club, ladies parking area di mall. Itu cuma sesuatu yang secara tidak sadar, mencoba membuktikan bahwa perempuan itu selalu manja. Bohong kalau orang bilang kita hidup di dunia kesetaraan. Setelah sekian lama, kita masih hidup di dunia patriarki, dimana wanita hanya penduduk nomor dua, yang menurut norma sosial, bahkan agama, harus selalu tunduk kepada laki-laki.
Saya perempuan, saya mandiri. Saya bisa memilih. Saya bebas. Saya menolak di nomor dua kan dengan embel-embel keistimewaan.
Maka malam itu saya memilih. Segelas Martini Lychee. Teman saya pun akhirnya tidak jadi memilih wine yang katanya cocok untuk wanita itu. Entah karena harganya terlalu mahal, entah karena dia mengerti perasaan saya, entah karena dia memang sedang tidak ingin saja, saya tetap lega.
" Minum Martini, kayak James Bond aja lo...." begitu kata teman saya.
I sipped my Martini with pride. Akhirnya dia mau coba. Yang lainnya juga.
"Enak ya... Manis !" Saya hanya tersenyum. Mungkin begitu rasanya memilih. Manis...
*So....Cheers everyone...!!!
To live our live in our own way, in a fine way....
"Cause I am a Superwoman
Yes I am
Yes she is
Even when I'm a mess
I still put on a vest
With an S on my chest
Oh yes
I'm a Superwoman"
(taken from '"Superwoman", a song by Alicia Keys)
Saya mengucapkan kalimat perpisahan lewat mic, dan tepat ketika saya keluar, beberapa orang teman mengajak saya bepergian. Oh thank God... Datang juga tawaran itu. Entah kenapa ada rasa malas yang amat sangat untuk mengajak orang pergi duluan. Terkesan sedikit desperate. Untung yang lain tidak berpikir begitu. Kalau tidak, siapa yang menyelamatkan saya dari malam minggu inii nantinya.
Sempat beberapa kali ganti personel, ganti acara, dan ganti tempat, akhirnya saya berakhir di sebuah cafe baru, bersama lima orang lainnya yang semua laki-laki. Saya menengok teman saya yang sedang memilah milih wine yang diinginkannya, agak lama. Tiba-tiba waitress yang kebetulan juga laki-laki dan sedari tadi menunggu dengan anteng,mulai memberikan saran-saran.
" Kalo boleh saya pilihkan, lebih baik pesan red wine bla bla ini (saya lupa namanya, bahasa Prancis kalau tidak salah). Selain harganya sedang diskon, cocok sekali untuk wanita," katanya dengan gaya profesional sambil melirik kepada saya.
Seolah teman saya itu--dan teman laki-laki yang lainnya--memilih minuman yang dicocok-cocokan dengan saya, seolah karena saya perempuan satu-satunya, sudah pasti saya memang cewek matre yang kemana-mana minta dibayari (tapi memang malam itu teman saya janji menraktir wine tanpa diminta), seolah karena saya perempuan, saya tidak bisa memilih minuman saya sendiri.
Well, jika waitress itu ingin berusaha mengistimewakan saya, dia salah. Entah perempuan lain, tapi saya agak malas menemukan kenyataan itu. Selalu malas, jika menemukan kenyataan, bahwa perempuan selalu dianggap mahluk yang lebih lebih labil, emosional, dan tidak mandiri, baik dalam bersikap maupun berpikir, dengan kedok kesopanan laki-laki.Ladies first ketika masuk ruangan, ladies night di club, ladies parking area di mall. Itu cuma sesuatu yang secara tidak sadar, mencoba membuktikan bahwa perempuan itu selalu manja. Bohong kalau orang bilang kita hidup di dunia kesetaraan. Setelah sekian lama, kita masih hidup di dunia patriarki, dimana wanita hanya penduduk nomor dua, yang menurut norma sosial, bahkan agama, harus selalu tunduk kepada laki-laki.
Saya perempuan, saya mandiri. Saya bisa memilih. Saya bebas. Saya menolak di nomor dua kan dengan embel-embel keistimewaan.
Maka malam itu saya memilih. Segelas Martini Lychee. Teman saya pun akhirnya tidak jadi memilih wine yang katanya cocok untuk wanita itu. Entah karena harganya terlalu mahal, entah karena dia mengerti perasaan saya, entah karena dia memang sedang tidak ingin saja, saya tetap lega.
" Minum Martini, kayak James Bond aja lo...." begitu kata teman saya.
I sipped my Martini with pride. Akhirnya dia mau coba. Yang lainnya juga.
"Enak ya... Manis !" Saya hanya tersenyum. Mungkin begitu rasanya memilih. Manis...
*So....Cheers everyone...!!!
To live our live in our own way, in a fine way....
"Cause I am a Superwoman
Yes I am
Yes she is
Even when I'm a mess
I still put on a vest
With an S on my chest
Oh yes
I'm a Superwoman"
(taken from '"Superwoman", a song by Alicia Keys)
iya aku jg pengen marraaaah sama ladies parking. Apa maksudnya coba?? dikira kita tidak terlatih dan teruji apa?? huhh! mari kita buktikan!
ReplyDeleteginnnaaaa...kesini yukkk... nanti g bikinin brownies..istimewa resep belanda..huehehhe
ReplyDeletemenarik sekali tawaran bu dosen...karena biasanya yang asalnya dari Belanda itu 'memabukkan'....
ReplyDelete