Wednesday, February 11, 2009

People are People

Bandung malam itu lumayan dingin. Saya harap-harap cemas menunggu kedatangan orang itu. Mantan pacar.

Semasa SMA. Benar-benar semasa SMA. Artinya saya sempat menghabiskan sebagian besar masa SMA saya bersama dia. Jenis mantan pacar yang menemani di masa paling memorable sekaligus paling labil dalam jenjang kehidupan kita.

Jenis mantan pacar seperti ini sangat berbahaya untuk dihadapi kembali. Baik dalam keadaan masih single, ataupun sudah punya pacar atau suami sekalipun. Riskan. Bisa-bisa dia terlihat lebih dewasa dan ganteng sedikit, cerita semasa SMA terulang lagi.

Tapi, dengan sangat wise, mantan pacar ini datang membawa pacarnya. Saya untungnya juga bersama beberapa teman, yang dengan baik hati mau mencoba menyelamatkan saya dari menjadi lalat pengganggu hubungan orang.

Wajahnya masih sama. Tingginya masih sama--tidak seberapa tinggi. Tangannya masih sama. Wanginya juga entah kenapa masih sama. Saya mendadak sentimentil. Me
ngingat masa-masa bersama dia yang sangat lucu kalau diingat sekarang.

Kalau kami awet dari dulu, harusnya saya sudah nikah sama dia sekarang, punya anak kembar yang hidungnya mancung-mancung
seperti hidungnya--bukan seperti hidung saya. Kami punya semacam janji akan benar-benar nikah lima tahun dari waktu itu. And then live happily ever after. Keputusan yang sangat muda. Masih percaya bahwa hidup begitu mudah, seperti dalam cerita-cerita putri raja ala Disney.

Akhirnya, ketika kami sadar--waktu itu saya duluan yang sadar--bahwa hidup kami masih sangat panjang dan masih banyak kemungkinan dalam hidup kami,saya pergi.
Meninggalkan marah, benci, dan lain-lain yang buruk-buruk di hati.

But thank god. We move on. We live our life, and grow up. End up sitting in the front of each other, without anger, with smile.

Dia hidup dengan baik-baik--he's goin' straight edge for god sake! Punya pacar baik-baik--trully nice girl! He's changed. But he looks happy.

Saya jadi teringat kata teman saya kepada seorang teman yang lain,

"Kalau mau hidup lo membaik, jadian sama Ginna. Tunggu diputusin. Sedih bent
ar. Habis itu niscaya lo jadi orang sukses."

Saya tertawa keras sekali waktu itu. Tapi mungkin benar juga, percaya nggak percaya sih. Beberapa tahun belakangan, ketika saya bertemu beberapa mantan pacar, perkembangan hidup mereka mencengangkan. Satu jadi pilot, satu udah mau jadi bapak, satu udah punya album sendiri dan jadi artis, satu lagi udah kerja di luar negeri, dll. Padahal, dul
unya.....wah, jangan sampai harus saya sebut satu-satu aib mereka. Bisa-bisa ini jadi blog gossip, sekelas Gossip Girl.


People change.

I do believe that.

Meskipun wajah mereka belum berubah. Tinggi mereka tetap sama. Wangi mereka masih seperti yang teringat.
Tanpa harus jadian sama saya.

And somehow in a good way.

I re-think my self.
Apakah saya sudah berubah.
Kata orang saya berubah banyak. Ke arah yang buruk.


Hahahaha

I still believe I've changed in a good way. Because I am a part of people. People change. And what's so wrong about that....?


"...Refine, old time, colourblind

Big sign, do time, doesn't rhyme
A lot, to much, standing tall

And I'm crying in the valley:
“I shall never, ever fall!�?


People are people
and I feel so strong
People are people and I'm
going on...."
(People Are People, a song by D'sound)

No comments:

Post a Comment