Someday I'll find a way to get you back.
***
Dia
menangis tak terkendali malam itu.
Menangisi
kontradiksi yang membingungkan dalam hidupnya. Saat bagian-bagian lain mulai
tersusun dan saling mengisi sesuai dengan apa yang direncanakannya, ada satu
hal yang terus membuatnya terkaget-kaget. Rasa kehilangan yang begitu besar.
Hampir sebesar keinginannya untuk melupakan, yang terkadang bisa membuat segala
hal yang telah berhasil diaturnya kembali berserakan.
Dia
sering berkata pada dirinya sendiri, ini hanya sebuah fase patah hati. Mungkin
yang jenisnya paling parah. Tapi tentu saja dia yakin bisa mengatasinya. Dia
pernah melalui hal-hal yang lebih mengerikan dari ini, kenapa harus takut
sekarang. Dia berencana menyerap semua perasaan yang menyakitkan itu hingga
mati rasa, lalu pelan-pelan menguburnya, dan melanjutkan hidup.
Hanya
saja, setelah beberapa lama Ia baru mengerti, ini bukan hal yang bisa
direncanakan dengan strategi sehebat apapun. Karena ini adalah tentang merelakan.
Seperti membiarkan sepatu kesayangnya dipinjam dan tidak kembali. Sampai
kapanpun, sepatu itu akan terus menjadi kesayangannya. Dan dia tahu, dia akan
mati penasaran sampai akhirnya mengetahui bagaimana mendapatkannya kembali dan
benar-benar mencoba.
***
But I know one day you’ll get it.
And you’ll pick me up, kiss my eyes, and say, “sorry it took
me so long.”
No comments:
Post a Comment