Wednesday, May 11, 2011

sacred forewords.

"Gather ye rosebuds while ye may,
old time is still a flying,
and this same flower that smiles today,
tomorrow will be dying."--- Dead Poets Society.

***

Sebuah pertanyaan bodoh pernah terlintas di kepala saya, “Apakah orang akan mengingat nama saya ketika saya mati ?” Beberapa orang mentertawakan pertanyaan tersebut, sisanya hanya berkata, “Jangan bicara soal kematian, bad luck, tahu nggak!”

Meskipun tidak puas, saya mengerti. Mungkin mereka hanya tidak tahu jawabannya, dan mungkin saja mulai mempertanyakan hal yang sama di dalam kepala mereka sendiri. Lagipula, bukan kematian yang saya takutkan, bukankan setiap orang akan begitu pada waktunya nanti ? Yang saya takutkan hanya, apakah ketika waktu saya datang, saya telah sempat melakukan hal-hal berguna bagi diri sendiri dan orang lain ?

Gelar Sarjana adalah salah satu, dari sekian banyak hal, yang saya takutkan tidak akan sempat saya raih dalam hidup. Dan, dengan selesainya skripsi ini, luar biasa lega rasanya. Seperti satu langkah lebih dekat, menuju terwujudnya sebuah harapan yang sudah lama saya gantungkan, sebelum waktu saya habis.

Namun sekedar ucapan syukur dan ekspresi lega saya pribadi, rasanya akan sangat tidak berarti, dibandingkan dukungan dari nama-nama di bawah ini, yang sudah selalu siap menyemangati saya dengan caranya masing-masing. Dibalik bermacam emosi kepasrahan hingga ketidak sabaran, sampai akhirnya kemarahan yang dikeluarkan, dalam rangka memastikan saya menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik, saya yakin, hanyalah bentuk kepercayaan yang begitu dalam.

Untuk itu, ijinkanlah saya untuk menyebutkan nama mereka satu-persatu, dan dengan rendah hati mempersembahkan ‘karya’ ini sebagai milik mereka juga.

1. Tuhan YME, Allah SWT, the greater power out there, that I believe always works in a mysterious way. Finally, I’ve got your cue, to be a total believer.
2. Rais Atmadja. Seorang ayah, sekaligus partner bertukar pikiran paling tangguh yang pernah saya miliki. Terima kasih untuk selalu berusaha mempercayai saya, di tengah semua kekacauan yang seringkali saya buat. Karya ini saya persembahkan untuk Ayah.
3. Dyah Indrawati. Ibu yang jarang sekali mau mencampuri urusan saya, hanya karena mengerti, saya selalu benci direcoki. Terima Kasih untuk pengertiannya yang tidak pernah usai, dan dukungan yang seringkali buta. Saya yakin karya ini akhirnya selesai berkat doa Mama.
4. Giza Rysdinia. Adik kecil yang sudah mulai beranjak dewasa, dan membuat saya belajar banyak soal mendukung secara diam-diam. Terima kasih untuk selalu berusaha memahami ke-absurd-an hidup saya.
5. Rizky Amalia. Seorang teman baik, juga kakak yang tidak pernah saya miliki. Terima kasih untuk malam-malam kebersamaan yang sedikit banyak membuat saya semakin dewasa, dan akhirnya bisa menemukan kembali tujuan hidup saya.
6. Gilang Adesha. A muse that I’ve never had before. Thank You, you’re the trigger to many big things in my life today, and I hope, ahead.
7. Pak Kunto. Pembimbing yang begitu sabar, dan tidak hentinya menyemangati saya. Terima Kasih untuk bimbingan-bimbingan virtual via twitter dan email, yang menjadi awal dari terjadinya karya ini.
8. Detta Rahmawan. Sahabat sekaligus pengingat saya, bahwa waktu terus berjalan, dan kita tidak boleh berhenti. Terima Kasih untuk obrolan-obrolan kecil yang membesarkan hati saya, dan film-film rare yang selalu jadi hiburan terbaik.
9. Alda Dina Bangun. Teman seperjuangan yang begitu setia di tahun-tahun terakhir ini. Terima Kasih untuk obrolan dan tawa yang tidak pernah berhenti sepanjang perjalanan Bandung-Jatinangor. We finally did it, dude!
10. Alfa Haga, Tophansyah Ali, Tita Puspitasari, Elizabeth Kurnia, Pratita Rani, Lintang Kinasih, Mega Pratama, dan teman-teman Mankom UNPAD 2004. Tentu saja untuk inspirasinya, mengikuti jejak kesuksesan kalian, cepat atau lambat.
11. Maradilla Syachridar, Yafi Alawy, Theoresia Rumthe, Anissa Rilia, Iwan Rahmawan, Decky Danumihardja, dan keluarga besar SKY 90.50 FM, Bandung. Tempat saya berkarya sekaligus bermain. Terima Kasih atas kebebasan yang selalu diberikan, dan tentu saja dukungan yang begitu besar.
12. Zulkifli Tegar Zakaria. Terima Kasih untuk menemani saya dengan sabar di masa-masa transisi twenty something yang sulit. I hope at the end, we could learn something.
13. Teman-teman dari #30HariMenulis; Theoresia Rumthe, Maradilla Syachridar, Dimas Ario, dan Sundea Belaka. Like Dilla once said :” Ginna, you’re so lucky to have friends like us.” Thank you!

14. Dead Poets Society, Michel Gondry, dan Ben Folds. Terima kasih untuk selalu mengingatkan saya, bahwa berbeda itu tidak apa-apa. Yang penting semua berasal dari hati.

15. Dan tentu saja untuk semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan karya ini, baik secara emosional maupun lahiriah, yang sangat sulit untuk saya jabarkan satu persatu karena keterbatasan tempat. Terima Kasih banyak!

Lalu, seorang teman menjawab pertanyaan saya, dengan sebuah quotes dari Benjamin Franklin :

"Either write something worth reading or do something worth writing."

Di luar semua keterbatasan dan ketidak sempurnaan dalam skripsi ini, semoga ini menjadi sesuatu yang layak di baca dan berguna bagi siapa saja. Karena pada akhirnya saya mengerti, menyelesaikan skripsi ini, sudah sepantasnya saya lakukan sejak lama. Saya tidak ingin, orang mengingat nama saya, sebagai seseorang yang hanya bisa memulai, tapi tidak bisa menamatkan.

Akhir kata, biarkanlah saya tidur nyenyak malam ini—karena satu kewajiban besar sudah dituntaskan pada akhirnya—untuk esok hari bisa melanjutkan hidup lagi, kemanapun arah kaki melangkah. Tetap dukung saya, ya…!

***

To those who believe in passion, and live to it ‘till the end.
To those who believe in what their heart desires, and built the best of it.
To all the’ free thinkers’, that inspire me to this exclamation day.
Carpe Diem. Seize the day,make your lives extraordinary!

*unedited version of my thesis' forewords*


1 comment:

  1. Cihuy! Selamat, ya, Gin ... seneng, deh, baca posting ini =)

    ReplyDelete