Monday, May 11, 2015

dalam seucap doa.

Beberapa waktu lalu saya bertanya pada ibu, kenapa beberapa hal yang sangat saya harapkan belum juga terjadi. Bahkan seringkali terhenti saat mencapai kata hampir. Lalu kata ibu, “Kamu kurang berdoa…”


***

Dalam setiap kejadian pasti ada makna. Entah kurang berusaha, kurang sabar, kurang memberi, kurang berterima kasih, atau memang belum saatnya saja. Begitu cara alam semesta berbicara. Lewat tanda yang kadang sulit terbaca, lewat kesal hati yang lebih mudah terasa. Saya selalu percaya.

Lalu apakah sebuah doa?

Meskipun sedikit lebih sulit untuk memahaminya, karena logika saya kurang setuju bagaimana seucap kata-kata saja bisa secara ajaib membuat harapan jadi nyata. Tapi kemudian saya berpikir, tak mungkin sesuatu yang dipercaya sebegitu kuatnya hanya berarti sedangkal  kedengarannya.

Mungkin sebenarnya, doa terucap bukan untuk meminta. Tapi memberi waktu agar hati bisa lebih peka, untuk kemudian berdamai dengan semesta dan memahami maksudnya. Sebuah kesempatan untuk berdiam, mendengarkan, dan sejenak memejamkan mata.

Setidaknya begitu untuk saya. Sebuah momen sakral dimana hanya ada kita dan semesta, bukankah itu tak ada duanya?

***

Ibu menambahkan lagi sambil merangkul saya, “Kalau usaha sudah terasa melelahkan, cobalah berdoa. Doa punya kekuatannya sendiri untuk mewujudkan hal-hal.”



***

"When the road gets dark
And you can no longer see
Just let my love throw a spark
And have a little faith in me

And when the tears you cry
Are all you can believe
Just give these loving arms a try
And have a little faith in me..."
---John Hiatt, on: Have a Little Faith in Me.

1 comment: