Banyak sekali tulisan saya yang terinspirasi dari pertanyaan. Entah pertanyaan saya pada diri saya sendiri, atau pertanyaan teman pada saya. Ini adalah salah satunya. Dan mungkin salah satu yang berasal dari pertanyaan paling menghantui, yang pernah saya dengar. Maaf, saya harus mengajak Anda mendengarnya juga, dan mungkin saja merasa ter-hantui sesudahnya.
"Apakah saya akan menemukan kebahagiaan ?" kata seorang teman lewat pesan pendeknya, malam itu. Saya yang sedang menyetir (irresponsibly) hampir saja menabrak truk di depan saya. Saya tidak tahu jawabannya.
***
Melihat ulang kehidupan saya beberapa tahun lalu yang persis seperti mengendarai sebuah odong-odong--naik turun dengan lambat tanpa pernah beranjak dan membosankan (tapi setidaknya odong-odong ala saya tidak disertai 'soundtrack' lagu anak-anak yang mirip dangdut house mix), saya bahkan pernah ada di titik tidak berani mempertanyakan kebahagiaan dalam bentuk apapun. Terlalu penakut untuk benar-benar mempercayai itu akan terjadi dan berpikir bagaimana saya harus menghadapinya kalau ternyata kebahagiaan itu tidak pernah ada.
Tapi apa sih definisi kebahagiaan itu ? Sesuatu yang membuat kita merasa senang, baik lahir maupun bathin. Sesederhana itu. Namun kadang memang kita terlalu menyederhanakan sesuatu, sampai-sampai membuatnya sangat menjadi dangkal. Setidaknya saya begitu. Saya memasukkan semua hal ideal ke dalam definisi kebahagiaan yang ada di kepala saya. Kebanyakan hal duniawi, hal-hal kompleks, hal-hal yang terlalu besar yang bahkan membuat mereka jadi semakin sulit terlihat. Padahal, jika kita kembali ke definisi kebahagian yang tadi sudah saya ungkapkan--yang sepertinya cukup mudah untuk dimengerti--kata kuncinya hanya satu : merasa. Perasaan, rasa, merasakan. Kadang-kadang banyak sekali aspek yang kita haruskan ada dalam kebahagian kita, hingga akhirnya kita terlalu banyak menghitung dan mencari, namun lupa merasa. Dan ternyata, memang hanya itu yang dibutuhkan. Just feel everything, no holding back. Percayalah, seketika kebahagiaan itu akan terasa mungkin.
Karena sesaat setelah saya mulai merasa lagi, odong-odong kehidupan yang saya naiki, tiba-tiba berubah menjadi bajaj. Melaju tidak terduga dan penuh dengan getaran emosi, dimana yang tahu arahnya pergi hanya saya dan tuhan. Bayangkan, betapa akhirnya meraih kebahagiaan itu tidak lagi tampak tidak mungkin. Sisanya, hanya pastikan kita mengemudikan bajaj dengan berani. Siapa tahu, kita akan dibawa pada banyak kesempatan meraih kebahagiaan, yang pastinya akan sia-sia jika sedikit saja kita merasa takut.
***
Persis seperti kata seorang teman yang lain, "Berani lah untuk meraih kebahagiaan. Hanya itu itu kuncinya."
No comments:
Post a Comment