Dulunya kelinci hanyalah binatang pemakan wortel. Saya pernah punya dua, di masa kecil saya. Satu hilang dicuri orang, satunya lagi mati terkena penyakit aneh.
Tragis. Memang.
Hanya saja, saya kemudian mulai belajar memelihara kelinci di dalam kepala saya, sebagai rangkaian huruf, sebuah kata, yang sama lucunya ketika dilafalkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris.
Ya. Saya menyukai kelinci sebagai sebuah kata.
Mungkin kombinasi dari berakhirnya keterkaitan saya dengan binatang kecil berbulu lembut itu, yang bernasib terlalu mengenaskan. Atau mungkin juga karena saya hanya sebegitu anehnya, punya kata-kata kesukaan, yang salah satunya adalah kelinci.
Kelinci. Rabbit.
Bunyinya begitu menggemaskan. Bukan bunyi yang dikeluarkan binatang itu. Tapi bunyi yang kita keluarkan, ketika mengeja nya di mulut. ke-lin-ci. ra-bbit. Selalu membuat saya ingin mencubit seseorang ketika mendengarnya.
Tragis. Memang.
Hanya saja, saya kemudian mulai belajar memelihara kelinci di dalam kepala saya, sebagai rangkaian huruf, sebuah kata, yang sama lucunya ketika dilafalkan dalam bahasa indonesia dan bahasa Inggris.
Ya. Saya menyukai kelinci sebagai sebuah kata.
Mungkin kombinasi dari berakhirnya keterkaitan saya dengan binatang kecil berbulu lembut itu, yang bernasib terlalu mengenaskan. Atau mungkin juga karena saya hanya sebegitu anehnya, punya kata-kata kesukaan, yang salah satunya adalah kelinci.
Kelinci. Rabbit.
Bunyinya begitu menggemaskan. Bukan bunyi yang dikeluarkan binatang itu. Tapi bunyi yang kita keluarkan, ketika mengeja nya di mulut. ke-lin-ci. ra-bbit. Selalu membuat saya ingin mencubit seseorang ketika mendengarnya.
***
Membingungkan, ya?
Sayang saya tidak bisa menjelaskannya lebih detail lagi. Hanya akan jadi semakin memusingkan.
Dan semakin saya memikirkannya, semakin saya teringat pada seseorang yang begitu memahami. Hanya karena dia sama anehnya--mungkin. Menyukai hippopotamus sebagai sebuah kata, bukan seekor binatang pemalas yang kerjanya berkubang di danau.
***
Fokus dunia saya telah berubah.
Seolah-olah semua kelinci yang ada di dunia berkomplot menyudutkan saya. Penanggalan Cina juga tiba-tiba berhasil menyita perhatian saya, karena tanpa saya sadari, tahun ini, adalah tahun kelinci. Mungkin itu penjelasan bagus, kenapa saya melihat begitu banyak kelinci semenjak awal tahun. Kebetulan saja.
Tapi, akhir-akhir ini membuat saya banyak berpikir soal kebetulan. Karena kebetulan saat ini, untuk saya, selalu punya penjelasan. Dan saya membuat penjelasan sendiri, soal kebetulan 'kelinci' ini.
Mungkin kelinci adalah satu dari sekian pertanda kecil yang datang bertubi-tubi belakangan ini. Sama seperti, kenapa sebuah kebetulan mempertemukan saya dengan seseorang, yang namanya masih terngiang hingga sekarang di kepala saya, berulang-ulang, berdampingan dengan kata-kata lainnya, kelinci dan hippopotamus.
Dan saat saya secara tidak sengaja membuka akun twitter seorang news anchor favorite saya, yang berbintang sama dengan dia, lalu begitu kaget membaca posting terbarunya, saya seketika percaya. Saya dan kamu, adalah seekor kelinci dan hippopotamus untuk satu sama lain.
Sebuah kebetulan, yang pasti ada penjelasannya. Suatu hari nanti. Saya [masih] percaya.
***
"Is a Hippopotamus a HipPopotamus or just a Really Cool Opotamus?" #MitchHedburg"
via @TimMarbun
Gin, sadar nggak kalo sekarang taun kelinci ? Secara dirimu meratiin kelinci, pasti ngeh =)
ReplyDeleteVokal yg dominan di kelinci dan rabbit sama2 "i". Kenapa "i" ngegemesin ? Karena waktu ngucapin "i", lo bakal keliatan kayak orang yg lagi nyengir. Kesannya badung, witty, tapi ceria.
Selama melihara kelinci di kepala. Yg tinggal di kepala umurnya seringkali lebih panjang =)