Mungkin karena hormon jahanam. Atau justru karena malam di
kota Bandung yang selalu menghanyutkan. Bisa jadi perpaduan keduanya. Atau
justru karena hal lain yang sangat berbeda. Dia tiba-tiba menyadari beberapa
hal yang membuatnya merasa haru. Dan dalam birunya, tangis itu pun meleleh.
***
“Do I deserve these
much kindness?”
“Do I deserve to be
happy?”
Begitu banyak pertanyaan yang selama ini hanya tersimpan
sebagai sebuah diskusi klasik dengan dirinya sendiri, terlontar keluar. Dengan
leher tersedak tangis, dia tetap berusaha lirih mengucap, “Do I deserve you?”
Namun seseorang keburu memeluknya. Begitu erat sampai dia tidak bisa bergerak. Dia
memejamkan mata. Ada keheningan janggal yang malah membuatnya merasakan
begitu banyak.
Lalu seolah menyadarkannya dari ketidak warasan sesaat, dia mendengarnya berkata, “Do you want a glass of water?”
Mereka tertawa. Dia tahu dia terlalu banyak bertanya dan tak
ada jawaban yang lebih menenangkan selain segelas air putih.
***
“Everyday
Just trying to get by
No time to cry
No he can’t afford to
And she waits
Through everything
“Anything for you”
Just trying to get by
No time to cry
No he can’t afford to
And she waits
Through everything
“Anything for you”
She’d love to know
Do you do you do you love me
He’d love to know
Do you do you do you love me
She needs to know
Do you do you do you need me
He needs to know
Do you do you do you need me
Like I need you…” –Tobias Jesso Jr., on ‘True Love’.
Do you do you do you love me
He’d love to know
Do you do you do you love me
She needs to know
Do you do you do you need me
He needs to know
Do you do you do you need me
Like I need you…” –Tobias Jesso Jr., on ‘True Love’.
No comments:
Post a Comment